Wednesday, October 1, 2008

how...how...how.... jeritan hati yang tak tersalurkan

Bagaimana?? Dalam sepanjang hidup saya, selama masa remaja hingga dewasa, banyak sekali hal yang saya hadapi. Baik itu hal yang saya sukai dan tidak saya sukai. Namun ada juga hal yang saya sesali karena tidak bisa mencapainya. Orang bilang kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Saya setuju. Tapi apakah itu hanya berlaku apabila kita melakukan sesuatu yang kita inginkan namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita, atau kegagalan juga bisa berarti jika kita mempunyai keinginan tapi tidak satupun direstui oleh orang yang kita hormati? Saya mengalami beberapa hal yang membuat saya kecewa. Beberapa keinginan yang ingin saya capai tapi tidak dapat saya raih karena tidak diberi izin. Sekarang, saya merasa hidup yang saya jalani sedikit tersia-sia karena keinginan yang tidak tercapai tersebut. Memang, saya akui, di jalan alternatif yang saya jalani sekarang ini saya memperoleh banyak sekali kebahagiaan yang mungkin bila saya tetap menjalankan rencana hidup saya yang semula belum tentu saya dapatkan. Tapi, boleh ngga sih saya merasa menyesal karena hal-hal yang tidak bisa saya raih itu? Manusiawi sih iya, tapi apa itu bisa dibilang kurang bersyukur? Karena kadang kala dalam hati kecil saya, saya masih merasa frustasi karena kecewa.

Tuesday, September 30, 2008

Lebaran...oh...Lebaran...

Tiap lebaran saya pasti sangat senang. Ya... senang mudiknya itu. ketemu dengan keluarga besar. Dari saya masih SD, saya sudah merasakan tradisi mudik ini. Teman-teman dekat saya pasti tahu, tidak akan pergi silaturahmi ke rumah saya, kecuali beberapa hari setelah lebaran, atau ketika masih sekolah, baru rame-rame dateng kerumah setelah ketemu lagi selesai liburan Lebaran di sekolah.
Keluarga saya sangat besar, dan sangat bergantung satu sama lain. Makanya sampai sebesar ini, saya dan sepupu-sepupu saya masih saling gelayutan satu sama lain. Memang sih, para perempuan berusia dewasa di jajaran sepupu saya (p.s. ini sepupu saya dari sebelah papa, kalau sepupu dari mama yang gede gede banget, yang kecil kecil banget) sudah memulai hidup baru, sementara para laki-laki masih santai, namun gelar 'laki orang' mulai diraih satu persatu dari para sepupu saya yang laki-laki. Kalau sudah kumpul seperti momen lebaran ini...hwaaahhh... seru sekali.
Generasi baru sudah mulai hadir, yaa...secara anak saya sudah 2, ya..... tapi keriuhan dalam pertemuan keluarga saya tetap terjaga. Mau bagaimana, angkatan babe gue aja okem, ya turun semua jadi okem hahahaha.....
Lebaran...oh...Lebaran......... benar-benar jadi momen yang sangat pantas dinanti...

Thursday, August 28, 2008

One ticket to Heaven

Judul yang lumayan menggugah hati ya? Saya membaca sebuah judul buku milik rekan saya, Ms. I, yang tergeletak di atas meja ketika dia sedang sibuk mengerjakan aktivitas lain. 'Satu Tiket ke Surga', sebuah buku berisi sekumpulan cerita-cerita pendek yang menyentuh iman. Saya tertarik membacanya karena membaca komentar-komentar pendek di halaman paling belakang, dari rekan-rekan yang sudah membacanya duluan. Ms. I mempersilakan saya membacanya, itung-itung pembunuh waktu, katanya begitu. Jadi saya pelan-pelan membacanya. Satu tiket ke Surga, ternyata sangat mudah didapatkan, apabila segumpal daging yang diciptakan dalam diri kita, yaitu hati, dibiarkan menerima dan memahami hal-hal yang sangat berarti dalam perjalanan hidup kita. Saya kira, dalam menyambut Ramadhan kali ini, novel yang dikreasikan oleh Zabrina A. Anwar ini, bisa dijadikan referensi untuk kita lebih memaknai hidup, dan memperdalam ibadah kita dari jalur yang lebih 'ringan' untuk dimengerti.. Marhaban ya Ramadhan, selamat menunaikan ibadah puasa, semoga amal yang kita lakukan memperoleh pahala yang berlimpah pula dari Allah.

Wednesday, August 27, 2008

Rusuh..rusuh..Rusuh...

Rusuh sekali selama akhir pekan kemarin. Seperti yang sudah-sudah di tahun-tahun sebelumnya, keluarga besar mama saya selalu menyempatkan diri untuk datang ke Palembang dan pergi ziarah ke makam yai saya setiap menjelang Ramadhan. Biasanya juga mereka datang tanpa pemberitahuan yang jelas. Palingan bilang mau datang, trus tau-tau mendadak nongol di depan pintu rumah. Tahun ini beda. Mereka meminta mama saya untuk mengurus semuanya, termasuk menawarkan untuk mengadakan pengajian sekalian ruwah untuk menyambut Ramadhan ini, dan mama sya setuju (ganti EO, nih..) Dimulailah dengan hunting segala-segala keperluan untuk acara ini. Pesan pempek beratus-ratus biji untuk ke delapan tante-tante saya itu, untuk dibawa ke Jakarta saat mereka pulang. Ngeberesin rumah, 'menyembunyikan' barang-barang yang 'tidak' pantas dilihat, daripada kena omel mereka ( yang pada perfeksionis...), pokoknya rusuh. Teriakan, omelan dan sebagainya jadi makanan sepanjang minggu. Belum lagi ponsel yang tidak berhenti bunyi, untuk sekedar mengingatkan apa yang harus dilakukan. Ketika rombongan tiba, bisa dibayangkan betapa rusuhnya. Mau kesana, mau kesini... mana mama saya meninggalkan setumpuk instruksi untuk dilakukan oleh saya dan adik saya. Bayangkan saja betapa repotnya menjaga bayi dan anak-anak kecil yang bandelnya minta ampun, plus harus mengurus katering dan tempat di mesjid untuk acara (saya sangat bersyukur saya tidak anti sosial sehingga saya punya tetangga yang bersedia mengulurkan tangan membantu kami semua...). Namun kerusuhan itu berakhir dengan kepuasan di wajah lelah mama saya, setelah mengantar rombongan ke bandara untuk kembali ke Jakarta. Saya juga bersyukur, untung aja acara seperti ini ngga sering-sering diadakan... saya bisa mati tegak! (walaupun kerusuhan terus berlanjut karena bagasi milik salah satu tante saya hilang di bandara, goodbye 700 biji pempek hehehe....)

Saturday, August 23, 2008

Let's Talk about

Saya mulai mencintai pekerjaan sampingan saya, jadi penyiar. Actually, that's dream come true itu bener-bener bikin saya selalu merindukannya setiap hari. Ada salah seorang penyiar lama disitu, yang sebelumnya jadi penyiar di radio lain, tapi sempat off beberapa lama, mengatakan betapa sunyi hidupnya ketika tidak siaran. Saya masih tidak mengerti sampai saya menjalaninya sendiri. Talking is sooooooo lovely!
Cuma sekarang ini saya masih agak ribet ngomongnya, soalnya masih rada-rada gagu gitu sih hahaa... tapi swear deh, saya menikmatinya. Dan saya yakin, hidup saya tambah berwarna dengan apa yang saya lakuin sekarang ini. Tentu saja, tidak lepas dari semua dukungan rekan, relasi, kolega, dan terutama keluarga.
Hidup saya!!

Saturday, August 16, 2008

Apa lagi?!?!?!?!

Itu kata-kata dari semua rekan-rekan saya yang mendengar cerita saya tentang kegiatan saya sekarang ini.
Ada plus plusnya yang baru ini...hehehe... jualan dan jadi 'miss cuap-cuap'.
Ditempat putri saya les tambahan, yang empunya menawarkan sabun cuci piring, softener, dan bla bla kebutuhan sehari-hari rumah tangga dengan harga miring karena barang tersebut curah, dari pabrik tapi belum dimerk-in. Harganya memang bener-bener bikin kita bisa menghemat skian rupiah untuk kebutuhan RT. Ya...saya sih senang-senang saaj mencoba, dan ketika sedang mengobrol-ngobrol dengan tetangga (ini khas IRT... :P) ya, saya coba tawarkan. Dia tertarik. Begitupun keadaan di kantor saya, saya coba tawarkan..mereka tertarik. Hasilnya ya nyaris 2 hari sekali saya mesti menggotong-gotong kardus berisi berliter-liter sabun cuci piring cair, softener, pelicin pakaian, sabun cuci tangan, pembersih lantai, karbol, deterjen kiloan, sabun cuci kiloan...(minta ampun, banyak banget!) ke kantor atau untuk pemenuhan pesanan para tetangga dan teman-teman saya. Sampai ibu-ibu dari teman putri saya di sanggar berkomentar "Bolehlah bunda ini, semangatnya tinggi sekali...."
Dan hasil lainnya, ada yang menitipkan barang ke saya untuk saya marketing-in......
Sekalian promo juga deh, kalau ada yang tertarik untuk membeli keperluan rumah seperti yang saya sebut diatas, dan berdomisili di kota saya, boleh menghubungi saya untuk memesannya..hahaha....
Terus disela-sela kesibukan saya sebagai pegawai, ibu dua anak, dan sales sampingan, saya juga menyalurkan hasrat mengoceh saya dengan memasukkan lamaran ke salah satu radio swasta di kota saya. Hasilnya? Saya di-training.
Dan komentar semua yang mengenal saya : Apa lagi?!?!?!
(ada juga sih yang bilang, bikin anak lagi aja kalo masih kurang kerjaan hahahaha..... Tapi terus terang, saya sangat menikmati semangat masa muda saya ini... )

Thursday, August 14, 2008

Rasa penasaran yang jadi kenyataan

Beberapa waktu yang lalu, saya mengalami kebosanan karena dalam keadaan cuti setelah bersalin. Ya, bosenlah.... biarpun senang hati melihat hasil 'kerja' maksimal (hahahaha....) tapi buat saya yang biasa seperti bola bekel, go round....round... gitu, tidaklah cukup duduk manis dirumah ngurus bayi kecil, trus tidur siang (walaupun saya akui, itu sangat membantu saya menurunkan berat badan setelah bersalin hehhe..). Makanya, walaupun seharusnya saya berleha-leha menikmati masa cuti, tapi saya isi dengan belajar tarot! Wew... Banyak yang bilang, ngapain sih belajar tarot. Suka doonng.... yang jelas alasan pertama ya itu, kalo ngga suka ngga bakalan dijalanin. Lumayanlah.. ternyata saya termasuk quick learn dan berbakat juga (halah!). So... call me 'Bunda Judith', yah... kalo mama tar dibilang mama Loreng lagi (plesetan gak lucu banget dari mama lauren :P). Kalo rekan-rekan saya di kantor manggil saya 'Ibu Karot' (harusnya sih ibu Tarot, tapi lebih kocak ibu karot katanya...ck....). Ok, siapa mau nyoba dibaca pakai tarot? ;>

Monday, June 2, 2008

It's my B'day

Sebenarnya ultah saya tanggal 1 Juni kemarin, karena komp dirumah lambat loading, jadi baru hari ini ter-post-kan.
Usia saya sekarang di akhir 20-an. 29. Usia matang seorang wanita. Seperti saya.Tapi saya malah tambah bersemangat melakukan berbagai hal yang menurut orang-orang -sudahlah-tidak-perlu-ingat-sama-umur. Selanjutnya akan saya ceritakan di blog-blog saya yang akan datang. Happy Birthday to me...chayo!chayo! ...xixixixixi....

Saturday, May 24, 2008

Beda Puding dengan Agar-Agar

Kemarin saya mampir ke toko roti. Bukan toko roti favorit saya, tapi disana menjual agar-agar lapis susu kesukaan saya, jadi ya saya mampir kesana. Si sales girl menghampiri saya dengan nampan dan bertanya saya mau beli apa. "Chocolate muffin sama ager 2 " kata saya. Dengan sigap dia mengambil muffin, tapi saya heran kenapa dia bergerak ke rak lain sementara si agar-agar nanngkring disebelah nampan muffin. Ternyata dia mengambil BURGER. "Mbak, saya mau ager " ralat saya. Si sales terkejut "Oh maaf mbak, saya kira burger, -ger-nya sama..." Lalu dia kembali ke rak kue sambil lalu berkata "Ini puding, mbak" dengan sikap seolah-olah saya bodoh. Saya mengerutkan kening. Setau saya yang 'bodoh' ini, puding itu memang berbahan dasar agar-agar tapi dimasak agak lembek dengan saus vla, sementara yang didepan mata saya jelas-jelas cuma agar-agar lapis. Seorang ibu yang sedang belanja roti berkomentar "Oh...disini lain ya istilahnya?" Saya mendengus geli. Biarpun jengkel dengan si sales yang sok tau itu (dan jelas-jelas bodoh, sampe disindir sama pembeli lain), saya tetep membeli agar-agar kesukaan saya itu, biarpun di toko roti yang aneh itu menyebutnya PUDING. (barangkali suatu saat saya membawa puding waktu akan membeli agar-agar disitu dan menunjukkan ,"Ini mbak, yang namanya puding")

Wednesday, May 21, 2008

Merayakan hari besar nasional

Semalem terkagum-kagum ngeliat acara Indonesia Bisa 100 tahun Kebangkitan Nasional, luar biasa meriahnya. Yah... saya tau deh, kalo EO-nya yang pegang Yahya bersaudara itu, apa sih yang gak jadi kerlap kerlip. Liat aja waktu acara launching Visit Musi 2008 (biarpun menuai kritik sebejibun darimana-mana, tapi teteup jadi hiburan yang lumayan).
Penari dari sini, pemain musik dari sana... Gabungan marching band..blon lagi Di3va, dan Agnes Monica (my favourite!!!!!!). Yang bikin merinding itu Edo Kondolongit nyanyi lagu Indonesia Raya, sumpee lhooo... airmata ini menetes (iikhh.... memalukan sebenarnya). Iri juga liat aubade mahasiswa UI yang keren, jadi teringat masamahasiswa dulu juga ikutan Paduan Suara, malah ikutan untuk peluncuran maskt PON, loh...hehehe....
Saya berpikir, apakah perayaan semegah ini hanya dirayakan pada saat momennya pas, seperti tahun emas 50 tahun, atau seabad, biar lebih greget?
Sayang sekali....
Dulu waktu saya masih jadi anak sekolahan, saya paling bersemangat menghadapi upacara merayakan hari besar nasional seperti ini. Saya selalu berpartisipasi, entah di pasukan pengibar bendera atau aubadenya. Belon lagi setiap hari besar nasional, sekolah saya kebetulan membebaskan siswanya dari kegiatan belajar mengajar, dan diganti menjadi classmeeting. Asyik, ikutan berbagai macam lomba. Paling seru emang pas 17 Agustus-an, didekat rumah juga banyak perlombaan tradisional, yang biarpun ngga saya ikutin, tapi suka saya tonton. Waktu kuliah, lutut saya pernah lecet gara" ikutan lomba balap karung di kampus, tapi setimpal kok dengan hadiahnya hehehe...
Saya merenunginya semalam. Seandainya saja semua hari besar nasional dirayakan semeriah Hari Kebangkitan Nasional, generasi yang akan datang akan tambah menghormati jasa para pahlawan, dan tambah mencintai Indonesia.
(omong-omong, kalo pelajaran PSPB alias Pelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa ada lagi, keren pasti ya? :D)

Thursday, May 8, 2008

Balada Dangduters

Infotainment sekarang ini lagi wara wiri nyeritain para pedangdut yang -katanya- seronok dan maraknya pencekalan terhadap mereka di beberapa kota.
Saya sih cape banget nontonnya, apalagi komentar" ngga mutu, pembelaan dari yang dicekal itu, bikin males dan muak. Dewi Persik misalnya. Dia mengoceh-ngoceh merasa didzalimi, orang tua saja ngga ngelarang dia (cape juga kali ortunya ngomongin dia), hanya Tuhan yang tahu (emang bener, tapi ngapain bawa" Tuhan dalam hal ini?) bla bla.... Terus, kejadian yang dia diraba,trus tu orang kena tampar, si Dewi Persik itu marah-marah 'Emang saya perempuan apaan?Saya ini perempuan baik-baik'
Okelah, dia -mungkin- perempuan yang ngga banyak macem, tapi body languagenya kan ngga bilang begitu. Belon lagi peristiwa kemben melorot sampe 2x, bukannya memetik hikmah dan pelajaran yang baik (ya..jangan pake kemben lagi lah...), malah diulang lagi. Wajar lah kalo laki-laki mikir 'Enak juga nih di comot'. Lah....
Dulu saya simpatik dengan dia, apalagi dengan permasalahannya dengan Saiful Jamil. Saya pribadi lebih memihak dia (kalo seandainya bisa memihak) dari pada SJ yang muna itu. Bikin statement tarik ulur, malah bikin orang males liat dia, sementara Dewinya diem ngga banyak komen. Tapi sekarang? Ampyuunnn......
Lebih lucu Julia Perez dong... karena ngga cukup pengetahuan bagaimana mengkampanyekan anti AIDS, maen pasang hadiah kondom di albumnya, sekarang terancam dicekal. Save sex kan juga untuk orang-orang tertentu, suami istri misalnya (si suami jangan jajan diluar,gitu hehe..). Gak tanggung", Menteri Pemberdayaan Perempuan yang bersuara keras mencela hal itu.
Kalau menurut saya, apa yang dilakukan pemerintah itu sudah bener. Maksud mencekal bukannya mengebiri kreatifitas yang ditampilkan orang para kreator (yang kekreatifan ini...), tapi untuk menahan lajunya yang dirasa mulai melenceng. Dewi Persik merasa dia tidak seronok, kayaknya cuma orang buta aja yang bilang dia ngga seronok. Gimana engga, dengan pakaian seminim itu dia bergoyang segitu sensualnya. Laki-laki itu ngga bisa ditebak napsunya, orang yang pake baju lengkap ketutup semua aja dia masih napsu apalagi kalo cuma 40% ketutup, blon lagi goyang" menggoda. Kalo si Jupe, kepikiran ngga kalo kasetnya dibeli sama anak sekolahan, trus hadiahnya yang 'wah' itu dipake sama mereka. Disatu sisi orang mensosialisasikan bahayanya sex bebas apalagi diusia remaja, disisi lain perangkat yang memuluskan ke jalan itu malah diberikan secara bebas. Jadi semuanya bisa jadi sia-sia. Lagian ngga semua orang pinter menangkap maksud yang sebenarnya ditawarkan sama si kreator itu, baik itu menyuguhkan hiburan atau alasan lainnya.
(so..jawaban mereka waktu diwawancarai wartawan infotainment kan dongo banget, 'Saya ngga ngerti kenapa saya diperlakukan seperti itu'. Pleez deh ah!)
Mudah-mudahan kedepannya mereka bisa mengambil pelajaran yang benar.

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...