Wednesday, August 28, 2013

Mencari Perubahan Positif

Akhirnya saya nulis lagi. Iya, bosen ngetwit. Dengan traffic sebanyak itu, saya ragu celotehan saya diperhatiin. Lagian, konsep awal ngetwit itu random. Ngga serius" amat. Di dunia nyata udah banyak ngadepin keseriusan, masa di dunia maya juga gitu? Mati aja kaliii. Hih.

Tapi merhatiin deretan twit di timeline yang kadang" absurd, bikin miris sendiri. Dunia socmed membuka seluas-luasnya untuk kita berkreatifitas, mengeluarkan pendapat yang kadang kita ngga sanggup ngeluarinnya di dunia nyata. Tapi kebebasan itu terlanggar dengan sangat parah. Menghargai sudah lenyap dari jempol yang mengetikkan twit itu. Tata krama sudah bergeser jauh dari etika yang dipelajari setengah mati sejak kita mengenal dunia.

Apalagi ditengah konflik padat masalah dalam negeri dan kontra luar negeri, banyak komentar-komentar yang cenderung melecehkan pemimpin negeri. Saya sih bukannya ngebelain pemimpin. Ya abisnya, kalo bukan dia yang kita hargai dan dukung, siapa lagi? Kalo gak setuju dengan pemimpin yang sekarang, kenapa ngga membuat perubahan yang berarti daripada cuma sekedar bacotan gak intelek yang disembur-semburkan di twit?

Contoh, Anies Baswedan. Sadar walaupun jumlah guru seabrek-abrek tapi masih juga banyak anak yang putus sekolah bahkan tak tersentuh sekolahan sama sekali, yang kalo mau ikutan ngebacot, apa sih gunanya Kementrian Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dengan dana bermilyar-milyar tp masih banyak penduduk Indonesia bodoh dan buta huruf, tapi dia memilih turun tangan ketimbang cuma berkoar atau melipat tangan trus nonton aja. Tercipta Indonesia Mengajar yang sampe sekarang banyak sekali sarjana yang malah bersaing abis-abisan demi terjaring dalam segelintir volunteer mengajar. Berkembang juga menjadi Kelas Inspirasi, dimana volunteer berdedikasi turun langsung ke SD-SD dan memberikan inspirasi pada tunas muda Indonesia. Turun tangan langsung memperbaiki pola dan sistem yang tidak sesuai demi generasi masa depan.

Atau Ridwan Kamil. Dari banyak orang yang hanya berbicara masalah pentingnya penghijauan dari sekarang, agar kita meninggalkan bumi yang indah dan sehat untuk generasi mendatang, dia turun tangan membidani lahirnya Indonesia Berkebun. Dari yang tadinya untuk mendukung petani-petani lokal, meluas dengan gerakan berkebun. Menumbuhkan kesadaran dari masing-masing orang, bahwa kita juga bisa menjadi pelopor penghijauan, berkebun sendiri untuk kesehatan, dan juga memanfaatkan lahan terlantar perkotaan dan juga meningkatkan ketahanan pangan warga.

Ini contoh dari sedikit orang yang membiarkan tangan dan hati bekerja, turun langsung dan membatasi bicara. Setelah hasilnya terlihat, orang bisa menilainya sendiri.

Ada lagi Aulia Halimatussadiah, pendiri NulisBuku.com. Dari kesulitannya menerbitkan buku di penerbit-penerbit komersial, dia beserta beberapa rekannya mendirikan situs nulisbuku.com sebagai mitra dan wadah bagi para penulis untuk dapat menerbitkan hasil karya mereka secara mandiri, dan gratis. Sudah banyak penulis-penulis muda yang akhirnya menemukan kepercayaan diri menampilkan hasil karya mereka, tanpa takut kehilangan rasa percaya diri karena ditolak. Tanpa banyak berkomentar menghujat para penerbit komersil, Aulia membuka jalan lain yang bisa dilalui oleh penulis-penulis berbakat namun ngeri memulai karena rasa takut ditolak. 

Sikap seperti inilah yang justru membawa perubahan kearah yang lebih positif. Gak ada manusia yang sempurna, walau dia seorang pemimpin. Semaksimal mungkin dilakukan olehnya, namun banyak ketidak puasan karena jangkauan yang terbatas. Bukankah lebih baik kita yang juga menghuni negara yang sama ikut menurunkan tangan dan membantu membuka arah yang lebih baik untuk kemajuan bersama? Soalnya, tindakan nyata terasa lebih indah daripada cuma sekedar omongan yang sekelewat kemudian terhapus oleh komentar lain yang ikut berlalu. Tindakan nyata lebih meninggalkan bekas pada mereka yang membutuhkan dorongan semangat. 

Ingin memerdekakan diri? Berjuanglah. Berada di zona negatif? Berusahalah keluar. Jika tidak bisa? Rubahlah menjadi positif.


Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...