Friday, May 31, 2013

In memoriam

Waktu tidak pernah meminta lebih ketika sudah waktunya ia berhenti berdetak dalam keabadian. Manusia biasapun tak kuasa menahankan langkah ketika sang maut mengajaknya berkelana menembus ruang dan waktu yg terhenti dan membentangkan jalan panjang tak berujung menuju peluk sang Pencipta.


Delapan april duaributigabelas, waktu membeku didunia adik bungsuku, Nia Indranee Iramadha. Tanpa kata, tanpa pesan. Hanya tawa sehari sebelumnya yang membekas dalam ingatan semu di ketidakpercayaan. Tangis pun tak didengar lagi olehnya yang sudah menggenggam abadi. Panggilan tak didengar lagi olehnya yang sudah menatap cahaya.

Terpukul karena hal yang bagi kami terlampau tiba-tiba itu, tiada berguna. Tidak ada tiba-tiba, sang pengukur waktu sudah memastikan jalannya alur. Arus yang tidak terelakkan. Cinta yang lebih abadi. Hitungan yang pas bagi penguasa kehidupan. Daunnya sudah gugur.
Mencintaimu, adikku, fana didunia ini. Menahan jejakmu disinipun terlampau menyedihkan. Bahagiamu tampak jelas sekarang, ketika aku memimpikanmu. Melihatmu tersenyum menanggapi bincangku. Menemaniku dalam sedihku. Mengatakan aku pasti baik-baik saja.
Mengingatmu dalam bayang senja. Ketika hati ini terluka. Ketika airmata sia-sia. Kamu mengingatkanku bahwa waktu itu berputar terlampau cepat sehingga kita terlena. Kasih sayangmu nyata dalam tidur panjangmu. Cintamu abadi dalam ketidakabadian.

Tidurlah yg tenang, adikku sayang. Allah menjagamu sampai saatnya bersama lagi. 
Aku merindukanmu.

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...