Sunday, January 31, 2021

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan 

Kemudian saling bertegur sapa 

Hai. Apa kabar? 

πŸ˜ΆπŸ’­

Apa kabar...

Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, walau gemini itu memang susah tidur, apa mungkin ini stres?πŸ™„

Bokek walaupun punya kerjaan paling safety sejagad raya?πŸ™„

Dibilangin kebanyakan milih karena masih juga jomblo?πŸ™„

Terjebak dalam analisis hidup terlalu ribet karena gengsi yg ketinggian?πŸ™„

Katanya temen banyak tapi pas perlu bantuan baru sadar ternyata gak punya temen?πŸ™„

Dibilang baru gini aja udah super ribet apalagi kalo ngurusin negara?

Eh..ada yg nusuk dari blakang.πŸ™„

😡😡😡

πŸ™„πŸ’­

Hei.. apa kabar?

Oh. Baiiiiiikkkkkk πŸ˜„










Tuesday, January 5, 2021

Believe and Forgive

 Dari dulu, 

saya percaya bahwa segala hal yang terjadi di semesta ini, berputar. Semua akan kembali ke awal, dengan atau tanpa hikmah yang diperoleh oleh mereka yang (sedang) menjalaninya.

Saya juga mempercayai, sekalipun manusia akan melebur kembali ke asal penciptaannya, perasaan tetap akan melarungi waktu hingga akhirnya kembali kepada siempunya.

Tuhan itu Maha Romantis.

Karenanya, cinta menjadi dasar relation bagi setiap individu di semesta ini.

Saya senang menarik setiap pelajaran dari yang saya amati disekitar saya. Baik itu secara real di lingkungan atau tempat yang saya lewati, maupun dari drama yang saya tonton.

Dan baper jika menemukan kisah indah disitu.

Seperti sekarang.

Saya baru menyelesaikan Angel's Last Mission : Love, dan mengunduh semua track listnya yang indah dan berhasil membuat mata saya kelilipan setiap mendengarnya, karena saya pun mengambil terjemahan roman dari hangul. Supaya memahami apa yang mau disampaikan.

Secara keseluruhan, jalinan ceritanya indah banget. 

Malaikat yang tanpa sengaja mengulurkan tangannya mencampuri takdir seorang manusia, yang mengakibatkan dia harus menjalani hukumannya.

Hukumannya, mendampingi manusia yang dia campuri takdirnya itu, agar manusia tersebut memahami artinya mencintai.

Rasa sakit dan kehilangan bisa membuat kita tumpul dalam merasakan kasih. Sementara mereka yang menghuni kahyangan, memiliki hati yang tulus, polos, tanpa ragu dan mempertanyakan apapun, hanya mencintai.

Kenapa manusia mencintai dengan cara yang bodoh? Meski tahu ini harapan semu.. (Kim Dan cheonsa)

Kim Dan harus membuat Yeon Seo jatuh cinta dan terselamatkan, tetapi cinta itu malah menyergap hati dan jiwanya.

πŸ’œπŸ’œπŸ’œ

Di dunia nyata ini banyak orang yang kehilangan kepercayaan terhadap cinta, karena hal-hal yang melukai batin mereka.

Cerita yang disampaikan dalam drama ini, mengingatkan kembali, bahwa Tuhan menyiapkan jawaban atas segala hal yang kita pertanyakan, hanya saja kita terlalu buta untuk melihatnya.

Ketika kesulitan dan rasa sakit itu membekukan hati dan jiwa, kita menolak segala hal baik yang melintas di hadapan kita, mengiranya adalah kebodohan untuk mempercayai kembali. 

Saya bertanya kepada teman saya, bolehkah marah kepada Tuhan?

Saya juga meminta jawaban yang tidak menghakimi. Siapa yang suka dihakimi?

Teman saya menjawab, boleh saja. Tapi berhati-hatilah dengan kemarahan yang kamu miliki untuk Tuhan, karena Dia seperti persangkaanmu.

Tuhan menyayangi dengan cara-Nya yang tidak akan pernah mampu mahluk-Nya pahami. 

Tapi jika kamu membiarkan hatimu dipenuhi dengan cinta, maka kamu akan mengerti.

Letakkan saja pada angan, ketika kamu mencari takdir cintamu. Dia tidak akan tersesat, dan akan segera menemukanmu.

Ketika kehilangan sesuatu, lepaskan saja. Jangan kehilangan keyakinanmu. Karena itulah lentera dalam kegelapan panjang yang kamu rasakan ketika tenggelam dalam kekecewaan.

Memaafkan. Mengikhlaskan.

Tuhan selalu mendengar harapanmu, hanya saja sabarmu akan diuji lebih dahulu .. (Kim Dan cheonsa)




Monday, January 4, 2021

Because of You

Hai.. Saya Kembali

 Belakangan ini..

Bukan.

Beberapa waktu belakangan ini (entah sudah memakan berapa lama. Bulan? Tahun?), saya tidak meluangkan waktu menuangkan isi kepala saya ke dalam tulisan saya.

Barangkali... karena saya terlalu sibuk mengurusi orang lain. (Kalau bukan mengurusi diri saya sendiri dan kehidupan pribadi saya, yang benar-benar pribadi, sampai bisa jadi saya melupakan siapa saya).

Ya. Barangkali.

Padahal banyak sekali kata yang tertanam dalam benak saya. Bisa jadi ada yang sudah meluncur masuk ke subconscius saya, saking seringnya kata itu meluncur keluar bagai ingatan masa lalu. 

Menuntut untuk diletakkan ditempat yang semestinya.

Seperti apa semestinya itu? Saya bisa meletakkannya dimana saja. Apalagi sejak menjamurnya media sosial, saya lebih sering meletakkannya disitu, sebagai simbol intuisi yang menjadi pondasi jiwa saya.

Mungkin, sekarang saya sedang bosan dengan media sosial, yang memaku kepastian dalam sepotong kepsyen yang kemudian bisa diartikan bagi sebagian orang adalah bentuk kegalauan.

Mana ada manusia tidak galau.

Mereka memiliki isi kepala mereka sendiri, kesulitan mereka sendiri, terungkapkan atau tidak.

Kemampuan empati manusia pada masa sekarang ini memang menurun drastis. Bahkan nyaris hilang.

Peduli, hanya gambaran dalam cerita-cerita satir, yang mendayu-dayu, yang mana interpretasinya masing-masing, tanpa perdebatan, hanya penghakiman.

Jemari saya mengajak saya untuk kembali peduli. Pada hati. Pada jiwa. Pada cerita mereka yang terpendam.


Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...