Friday, July 20, 2012

Ramadhan Kareem

Subhanallah.. Alhamdulillah..

Bersyukur tahun ini masih diberi umur panjang dan bertemu lagi dengan bulan Ramadhan. Kadang saya sedih, mengingat beberapa orang yang dekat dengan saya, tidak menikmati lezatnya bulan yang penuh hikmah ini. Ketika pintu taubat terbuka seluruhnya, ketika para malaikat senantiasa mengelilingi kita, mencatat seluruh doa dan munajat kepada Yang Terkasih. Pemanfaatan waktu yang luar biasa, karena kita mengurangi kesibukan duniawi, untuk duduk berdzikir menyebut, memuji nama Allah.

Ramadhan tahun ini sebenarnya sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya berbeda di situasi solidnya, terutama bagi hidup saya. Mash menjalaninya dengan penuh syukur akan keberadaan di dunia ini, memahami makna apa yang tersembunyi dibalik peran nasib dan takdir yang mengiringi langkah saya sebagai seorang manusia. Menata hati untuk meraih masa depan yang lebih baik. Menyesuaikan langkah dengan ritme kehidupan yang denyutannya fluktuatif. Mensyukuri desah nafas yang masih melekat dalam kehidupan di setiap paginya. Tumbuh kembang dua buah hati saya yang sehat dan ceria.

Waktunya saya kembali ke rumah.

Ramadhan yang memanggil setiap tahunnya, memberikan hikmah yang berbeda di setiap kedatangannya. Nikmati perjalanan didalamnya, resapi yang diajarkannya, syukuri tiap detik terlalui.

Ramadhan kareem, maaf lahir dan batin. Selamat menjalankan ibadah puasa ^^

Monday, July 16, 2012

Tuhan, peluk aku


Pernah merasa sendirian?
Pernah merasa kesedihan begitu mendera sampai" ingin menarik lepas rambut dari kepala?
Pernah merasa bergulung dalam problema tanpa jalan keluar?

Kembalilah pada Rabb...
Sang Pencipta yang begitu penyayang melebihi segalanya, yang akan merangkul dan menenangkan kita, kembali kepada-Nya dalam suka maupun duka.

Kembalikan laramu pada yang Maha Pemberi
Kembalikan cintamu pada yang Maha Pengasih

Karena hanya Dia-lah, satu-satunya penolong kala hatimu sedang ditaut gusar

Mintalah hanya kepada-Nya, Tuhan, peluk aku....

Sunday, July 15, 2012

Survive

Saya lagi ngga on.
Sedang perlu waktu sendiri.
Sedang ingin melarikan diri.

Kemarin saya mengikuti workshop broadcaster. Saya bertanya dalam hati, pelatihan macam apa yang akan diberikan oleh si pembicara, yang mulanya tidak saya ketahui bagaimana wujudnya. Dan ketika melihat sosok mantan penyiar hebat tahun 90-an, saya langsung tersenyum simpul. Kenapa? Dia merupakan salah satu mentor yang menjadikan saya seperti sekarang ini.

Apa-apa saja disampaikan olehnya dengan lugas. Jadi penyiar, jangan ngimpi kaya. Eh, betul.... tetapi dengan menjadi penyiar, kita bisa menjadi kaya. Bedanya? Ada deh, won tu nou ajah... *buangmuka. 
Pokoknya segala yang disampaikannya adalah apa yang selalu saya usahakan. Dari fokus terhadap pekerjaan saya, yang membuat saya harus memilih pengorbanan terbesar dalam hidup saya, hanya melihat anak-anak pagi dan malam hari, plus wiken kalo saya sedang tidak harus bekerja, sampai mengorbankan perasaan saya.

Iya, korban perasaan!

Mungkin faktor umur dan pengalaman saya jatuh bangun di dunia profesional membuat saya lebih tough menghadapi segala macam permasalahan. Saya ingat betapa beratnya saya menjalani hari setelah pengkhianatan atasan saya yang sangat saya hormati, segala macam bentuk fitnah kejam yang harus saya hadapi di dunia profesional sendirian, yang membuat kepribadian saya berputar 180 derajat. 
Hidup dengan beberapa dunia, bahkan se-multitasking apapun seorang perempuan, dia akan tetap merasa sengsara tanpa orang yang bisa dipercayanya.

Hidup seribu tahun pun tanpa seorang pendamping hati, sama dengan mati perlahan.

Kenapa ada team work? Because nobody can do anything so well by himself. Tidak akan sanggup. Coba aja kalo bisa, saya bersedia harakiri. Ego itu adalah hal nomor satu yang harus mampu diatasi, ketika kita bersama.

Tapi berapa banyak orang yang menyadari hal seperti ini?

Saya sempat merenung kembali. Saya ini perempuan biasa yang juga punya batas kontrol diri. Diantara problema pribadi dan pekerjaan, diantara kapasitas seorang atasan dan bawahan, diantara emosional pribadi dan profesi... Saya jatuh.

Hakuna Matata. Jangan khawatirkan hidup, jalani saja apa adanya. Nikmati setiap cobaan, halangan, yang datang. Syukuri pemberian Allah atas hidupmu. Berjuang semaksimal mungkin. Perjuangan baru berhenti, saat nafaspun terhenti di tarikan cinta-Nya.

Wednesday, July 11, 2012

Friday I'm In Love


Pastinya semua orang menunggu kedatangan hari Jum'at. Moment dimana itu merupakan awal wiken, starting to arrange sumtin for great weekend, mikirin bakal ngedet atau apa pun yang akan dilakukan sepanjang end of week itu. Dan istilah-istilah seperti Thanks God it's Friday, atau Friday I'm in Love pun meluncur keluar.

Tapi sekarang saya mau bicara soal Friday I'm in Love, itu program yang saya rancang untuk special program di radio tempat saya nguli jadi direktur program (ecieeeee... belagu!). Saya bosan dengan program yang membahas soal cinta cinta cinta. Pasti lah, ngebahas cinta ngga pernah abis, tapi totally boring! Apalagi dengan beberapa perubahan program yang saya bikin bareng team work saya, cinta sudah saya lekatkan diseluruh program all day week! (pucuih dah, terserah mau muntah, nih saya kasih kantong plastiknya *buangmukasengak)

Akhirnya ketika sedang bete dan terbengong-bengong duduk menghabiskan minggu sore di sebuah coffee shop, ide itu muncul dengan sendirinya. Mendengarkan cerita dari sang manajer muda yang sudah jatuh bangun dalam pegalamannya bekerja. Memberikan inspirasi bagi saya dan salah seorang rekan saya yang kebetulan juga sedang berada disana. Jadilah program setiap jum'at malam ini dihadirkan untuk memberikan semangat dan inspirasi dalam menghadapi wiken. So simple like that and i'm really proud of it lah....

Tapi ada lagi yang saya suka. Bahwa Friday I'm in Love ini membawa saya pada warna warni cinta yang tidak terduga hadir di hari Jum'at ini. And I'm so in loooovvveeee.... with Friday!

Saturday, July 7, 2012

Me vs You

Kalau diinget inget, saya selalu kepingin ketawa. Walaupun seringkali saya tidak menjaga wibawa saya dihadapan para pasukan sebagai komandan, tapi untuk hal-hal tertentu tampaknya sih sudah terbiasa menekankan ego sendiri. Itulah enaknya jadi atasan, punya mau harus dapet, walaupun suka tidak suka, tapi yah.... kadang-kadang kompromi lebih bagus.

Hari itu saya tidak bisa onair. Saya pikir, saya harus beres-beres rumah, secara cucian sudah menumpuk hebat, daaannnnn.... bapak saya juga kan harus dikasih makan :D

Namun karena saya tipikal paling males merayu orang yang sok dibutuhkan, jadi saya langsung aja menghubungi orang yang notabene gak menolak kalo dimintai tolong (malah ngarep). Bener sih, dia mau gantiin saya, tapi dia gak mau tandem dengan trainee yg punya jadwal jam itu, alesannya :
"aku ilfil sama dia, mbak..... pastilah bawel banget komentarin ini itu.... sok tau..."

Saya terkikik.

Akhirnya setelah saya mengiyakan untuk menunda trainee, walaupun meneguhkan hati mendengar nada kecewa dari si trainee waktu saya telpon untuk menunda trainingnya, urusan onair selesai. Tapi membuat saya berpikir, tidak mau tandem karena si trainee nyinyir... mikir ngga sih kalo yang ngomong gitu juga sama nyinyirnya?

Salah seorang sahabat saya pernah berkata, orang yag pada dasarnya berkarakter sama tidak akan menyukai satu sama lain. Itu karena saya dan dia pun selalu bergesekan. Kami punya karakter yg sama. Kenapa gak cocok? Bukannya seharusnya cocok?

Refleksi diri merupakan hal yang paling mudah kita lakukan. Tetapi apabila kita menemukan pantulan itu di diri orang lain, defensif adalah sifat pertama yang akan mincul. Rasa tidak suka, memilih menjauh, berkomentar yg menyakitkan bahkan terang-terangan menolak.

Saya pikir hal-hal seperti ini terjadi mungkin karena sebenarnya siempunya sifat tidak suka dengan sifatnya sendiri, atau terlalu menyukai sifatnya sehingga ia tidak suka melihat itu terpantul dari diri orang lain? Bukannya seharusnya itu membuat dia lebih bisa introspeksi diri, seandainya sifat plus saya ada dimata orang lain, dan ternyata mereka tidak suka, mau bagaimana?
Belajar menghargai orang lain, walaupun dengan sifat paling menyebalkan sekalipun, mereka tetap saja butuh untuk didengar, berinteraks, dan yang terpenting, diingatkan bila melakukan kekeliruan. Capcuss dah, selesai masalah... wkwwkwkk....



Monday, July 2, 2012

Saya mau mengeluh, sekali saja...

Pernah gak ya saya buat blog dengan titel ini? Rasanya sih iya hehee... tapi su an lah, bahasa toh tetep sama dalam sisi manapun dilihat.

Dari kemarin saya memang sedang kelelahan mengontrol emosi yang mungkin sudah overload dari sebelum-sebelumnya. Ketegangan, stres, tertekan, sedih, marah, hampa semua bergulung-gulung menciptakan topan yang kian membesar dan akhirnya kemarin menggulung kontrol saya. Start dari bangun pagi, perasaan sudah mengharu biru, bahkan mata ini berkaca-kaca sepanjang perjalanan. Barangkali karena membaca status adik saya yang sedang bersenang-senang menikmati libur. Yah, mama, anak-anak, dan ketiga adik perempuan saya sedang menikmati wiken di jekardaahhh (alay mode on). Setelah awal minggu, adik saya yang berdinas di ssalah satu departemen di ibukota menitipkan putri kecilnya karena dia dan suaminya beda lokasi dinas luar, sementara mama saya yang drama queen itu tidak berkomentar apa-apa padahal beliau sendiri mau menghadapi seminar doktoralnya dalam 3 hari kedepannya, dan membebankan pengasuhan balita itu sama saya, yang ternyata totally merepotkan ditengah kesibukan saya, karena baby Cala ngga mau sama babysitter-nya Bunazeer T_T

Anak lucu ini tidak menyusahkan kok, seandainya datang ketika mama dan saya tidak sibuk. Cala bergelantungan sama saya, sementara Bunazeer merajuk karena bundanya dicuri, mama histeris semakin mendekati hari H, kolega di kantor sedang bertengkar hebat yg melibatkan hampir seluruh pegawai, dan rekan-rekan di radio memilih waktu yang salah untuk merajuk. Saya stres.
Mencoba bersabar diterjang kegalauan seperti itu, mencoba memahami, dan mengendalikan situasi, memenangkannya. Semua berlalu dengan hebatnya, saya bangga dengan kontrol diri saya. Tapi itu roboh ketika saya menyadari kenyataan, saya sendiri disaat keluarga saya berkumpul, demi tidak mengecewakan rekan-rekan saya tetapi malah mereka yang mengecewakan saya.

Jadi team leader itu engga gampang. Sulit. Berat. Tantangan. Perlu mental baja. Kekuatan pikiran. Tim yang solid. Yang terakhir inilah yang paling sulit dipertahankan. Dengan masing-masing kepribadian, keinginan, ego dan segala macamnya, harus dikelola dengan baik. Dan saya menyerah dengan lunturnya kontrol diri, memilih melipir menyendiri membiarkan emosi saya mencair sampai saya bisa menghadapi mereka kembali.
(sayang, saya tepergok beberapa anggota tim yang menyatakan diri peduli... but anyway thanks for concern ).

Mengembalikan mood menjadi lebih baik itu butuh usaha yang kuat, terlebih kalau kita sendiri tidak terbiasa berkeluh kesah mengenai segala kesulitan kita. Tapi harus disadari juga, ternyata orang tidak akan tahu kita menghadapi kesulitan kalau kita tidak bicara.
Jadi, kalau mau mengeluh, mengeluhlah.... :)

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...