Saturday, July 7, 2012

Me vs You

Kalau diinget inget, saya selalu kepingin ketawa. Walaupun seringkali saya tidak menjaga wibawa saya dihadapan para pasukan sebagai komandan, tapi untuk hal-hal tertentu tampaknya sih sudah terbiasa menekankan ego sendiri. Itulah enaknya jadi atasan, punya mau harus dapet, walaupun suka tidak suka, tapi yah.... kadang-kadang kompromi lebih bagus.

Hari itu saya tidak bisa onair. Saya pikir, saya harus beres-beres rumah, secara cucian sudah menumpuk hebat, daaannnnn.... bapak saya juga kan harus dikasih makan :D

Namun karena saya tipikal paling males merayu orang yang sok dibutuhkan, jadi saya langsung aja menghubungi orang yang notabene gak menolak kalo dimintai tolong (malah ngarep). Bener sih, dia mau gantiin saya, tapi dia gak mau tandem dengan trainee yg punya jadwal jam itu, alesannya :
"aku ilfil sama dia, mbak..... pastilah bawel banget komentarin ini itu.... sok tau..."

Saya terkikik.

Akhirnya setelah saya mengiyakan untuk menunda trainee, walaupun meneguhkan hati mendengar nada kecewa dari si trainee waktu saya telpon untuk menunda trainingnya, urusan onair selesai. Tapi membuat saya berpikir, tidak mau tandem karena si trainee nyinyir... mikir ngga sih kalo yang ngomong gitu juga sama nyinyirnya?

Salah seorang sahabat saya pernah berkata, orang yag pada dasarnya berkarakter sama tidak akan menyukai satu sama lain. Itu karena saya dan dia pun selalu bergesekan. Kami punya karakter yg sama. Kenapa gak cocok? Bukannya seharusnya cocok?

Refleksi diri merupakan hal yang paling mudah kita lakukan. Tetapi apabila kita menemukan pantulan itu di diri orang lain, defensif adalah sifat pertama yang akan mincul. Rasa tidak suka, memilih menjauh, berkomentar yg menyakitkan bahkan terang-terangan menolak.

Saya pikir hal-hal seperti ini terjadi mungkin karena sebenarnya siempunya sifat tidak suka dengan sifatnya sendiri, atau terlalu menyukai sifatnya sehingga ia tidak suka melihat itu terpantul dari diri orang lain? Bukannya seharusnya itu membuat dia lebih bisa introspeksi diri, seandainya sifat plus saya ada dimata orang lain, dan ternyata mereka tidak suka, mau bagaimana?
Belajar menghargai orang lain, walaupun dengan sifat paling menyebalkan sekalipun, mereka tetap saja butuh untuk didengar, berinteraks, dan yang terpenting, diingatkan bila melakukan kekeliruan. Capcuss dah, selesai masalah... wkwwkwkk....



No comments:

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...