Saturday, April 28, 2007

FEAR


Pertama saya melihat kalimat itu ditelurkan Stephen King di novelnya yang berjudul Bag of Bones. Bener" novel thriller yang menguras emosi dan otak untuk memecahkannya, tapi saya puas dengan endingnya.

FEAR = Face Everything And Recover or Fuck Everything And Run.

Si pemeran utama adalah seorang novelis laris yang ketika tiba" dia mendapat berita istrinya meninggal mendadak dalam keadaan hamil dan sejumlah misteri dibelakangnya. Dia sempat kehilangan kemampuannya untuk menulis dan merasa untuk memperolehnya dia harus menguak misteri yang ditinggalkan oleh istrinya itu. Dari situlah kalimat FEAR itu muncul.

Waktu saya membacanya, saya tersentil. Saat itu saya sedang mengalami depresi besar"an dalam hidup saya. Ngga ada satupun yang mampu membangkitkan minat saya. Kerjaan saya ngendon aja di kamer, keluar males, apalagi pergi kerja. Saya terbayang kejadian mengerikan yang menimpa saya dari pertengahan tahun 2006 yang menyebabkan saya kehilangan minat dan gairah dengan pekerjaan saya, saya merasa terkucil dari kegiatan saya dan gak tau apa yang mesti diperbuat. Apa yang dilakukan sipenulis itu, dari melarikan diri dari kenyataan, sampai memperoleh lagi kekuatannya untuk bangkit, menginspirasi saya (sebenernya buku ini thriller horror hantu-hantuan gitu tapi saya heran, gak ada kengerian sedikitpun terhadap penampakannya..).
Saya berusaha untuk bangkit, mengerjakan semua minat" saya yang saya lupakan, bikin cerita (Ms. Syt, thank you for pushing me, ya.... :P) bergabung lagi dengan klub" wanita yang saya ikuti, hangin' out (masa bodoh jalan sendirian di mall, prinsip saya emang temen diatas segalanya, tapi kalo sendirian dunia juga gak ancur kok, toh kita lahir sendiri ke dunia ini dan mencari teman adalah bakat alami kita yang sudah dianugrahkan oleh Tuhan, maka manfaatkanlah sebaik"nya).

Saya dibilang oleh orang disekitar saya sebagai orang yang berani, smart, cantik, bersemangat, gak kenal takut, gak pernah lelah..... Saya bersyukur. Terima kasih saya sudah diperhatikan seperti itu, karena rekan rekan sekitar sayalah yang menyebabkan saya mampu untuk bangkit dari kehancuran, apapun bentuknya.

That's what friends are for..... benar" tepat untuk saya.

Saturday, April 21, 2007

Kartini's Day




Hari ini saya membuka album foto saya yang lama...

Teringat 1 decade hidup saya yang lalu, ketika hari Kartini ini masih menjadi idola kala remaja. Not only the spirit, tapi juga kreativitas yang ditelurkan oleh anak" OSIS di sekolah saya dulu, bikin lomba. Dari lomba nyanyi, busana Kartini, menghias kelas, sampe masak antar guru cowok. Eh, ada sepakbola pake sarung juga hehehe....

Saya paling menantikan hari Kartini ini. Entah kenapa, saya senang sekali kalo harus pake kebaya, sanggulan dan melenggang ala putri Jawa jaman dulu, ngerasain kesetiaan pada adat leluhur. Hunting kebaya di lemari nenek, reservasi ke salon langganan, biar kebagian tempat, seiring banyaknya remaja" putri yang harus berdandan dan berkebaya ria ke sekolah. Mematut-matut diri, cekikikan membandingkan diri dengan sahabat, berjalan diiring tatap kagum remaja pria yang berpikir "Bagus juga ternyata kalo pake kebaya".

Waktu kembali ke masa sekarang. Tampaknya kebiasaan lama itu sudah hilang sekarang. Tanggal 21 April lewat begitu saja.

...Ah, sayang...

Padahal cewek berkebaya itu indah sekali...

Thursday, April 19, 2007

katrok

Tadi pagi waktu saya asyik kerja, seorang teman saya menelpon (sebelumnya dia ngirim message ke saya, dan udah saya bales, seeh..). Di tengah ributnya kicauan suara ayam betina (baca : suara nyonya" di kantor), dia bertanya bagaimana caranya pergi ke BKB (plaza di tepi sungai musi, tempat sebagian warga muda di kota saya nongkrong) karena bakalan ada acara jalan santai. Disela pertanyaannya, dia nanya lagi sama saya, kok berisik amat dibelakang. Ya saya bilang saya lagi barengan temen" kantor, pembinaan di kantor Desa soalnya kan mau lomba Desa. "Lomba Desa? Ih... katrok amat" Katrok? Rada sensi juga sih dia bilang begitu, tapi dengan sabar saya menjelaskan, kalo di kota Desa itu dinamakan KELURAHAN, jadi kan jatohnya sama aja. Dan teman saya ber-ooo panjang. Kadang" saya emang berfikir, temen" saya yang katanya 'orang kota' itu suka nganggep orang pinggiran itu udik, katrok, dsb (jargonnya Mr. Katrok yang ngetop berkat laptopnya tuh...padahal temen saya yang 'orang kota' itu aja gak punya laptop). Mungkin kadang" orang Desa itu udik, tapi mereka juga ada yang pendidikannya tinggi lho....toh sama aja orang Desa atau Kota itu, lagian terbentuknya kota karena adanya Desa. Saya sadar banget kok, temen saya itu gak bermaksud mengejek atau apapun istilahnya, saya juga sadar, gak semua orang ngerti. Saya dulu juga kayak gitu, karena engga mengerti. Sebelum saya kerja sebagai Pegawai Negeri di kabupaten yang isi kecamatannya terdiri dari beberapa Desa. Orang udiknya emang banyak banget! Saya sering adu mulut dengan masyarakat yang tambeng, dibilangin cara berurusan yang bener masi ngotot aja. Belum lagi para perangkat Desa yang sok tau bikin aturan sendiri, bikin kita semua mesti ngulang" kerjaan, atau malah bikin warganya yang berurusan terpaksa bolak balik gara" berkas yang mau diurus ngga lengkap karena mereka ngga mau ngurusin warganya dengan benar, padahal ongkos yang mereka keluarkan cukup gede. Terlalu banyak problem yang ditimbulkan oleh orang Desa yang kadang lebih sok tau. Salah seorang teman dekat saya, Mr. G pernah bilang ke saya kalo dia ngga suka pegawai pemerintah karena mereka selalu mempersulit warga yang ingin berurusan, terutama soal uang, mereka akan 'mengompas' warga habis"an hanya untuk selembar surat keterangan. Dia kesulitan ketika akan mengurus surat untuk keperluan bisnis kantornya, sementara waktu sudah sangat mepet dan petugas malah ngeyel (he's totally mad at that time). Teman saya yang lain, Ms. L menggerutu sama saya, dia mau bikin KTP dan KK, di'tembak' sama pak Camatnya 100 ribu perkepala (di keluarganya ada 4 orang). Sampai dia bertanya pada saya "Apakah karena saya warga keturunan?" Saya terhenyak mendengar pengakuan dua orang temen saya itu. Terus terang selama ini saya gak pernah susah mengurus surat" (walaupun saya sebal ayah saya selalu memberi tip lebih ke petugas, tapi semua urusan emang selesai tepat waktu), dan selama saya bekerja di instansi pemerintah, saya -dan juga rekan sekantor saya- tidak pernah mempersulit warga yang akan berurusan -kecuali kalau emang berkas mereka nggak lengkap, ya kita suruh balik lagi-, malah kita yang kadang dibuat jengkel oleh katrok dan ngeyelnya orang Desa (kasie saya selalu bilang "beginilah kalo ngurusin orang Desa", padahal dia sendiri orang Desa hehehe). Dan, haloooww... saya gak dikasih uang capek loh sama warga yang berurusan, cuma nerima ucapan 'terima kasih' yang sangat tulus (seseran kantor dikasih bos hehehehe). Menoleh lagi ke komentar temen saya soal 'katrok' tadi, saya jadi berpikir, kalau orang yang tumbuh di kota besar menilai Desa adalah sesuatu yang 'katrok', bagaimana mereka yang mengklaim diri orang kota yang berpendidikan 'tidak katrok' dengan kelakuan seperti itu?

Wednesday, April 18, 2007

#$@$%#^%$%*&^$%$ !!!!!

*sigh* Gak ngerti deh saya apa yang saya alami sepanjang hari ini, is this the opposite of my feeling week ago, or just a curse for oneday? Minggu lalu perasaan saya berbunga" (paparan saya di blog FS), tapi minggu ini disaster banget.. Star from this morning, bangun telat (again), dan tampaknya hari ini hari bis-kota-sombong-sekali-sampe-gak-perlu-perlu-amat-ngambil-penumpang (berkali" saya melambai nyetopin bis, gak ada yang mau setop, giliran setop kosong melompong sampe jalannya lambat sakingnya ngejer setoran), mana kena lampu merah 150 sec di simpang Polda, trus saya melihat barisan bis ke arah kantor saya tidak ada dan saya teringat "Ya ampun! hari ini kan Rabu, hari penumpang bis ke arah sana turun drastis bikin bis juga ogah jalan!" Cocok! Saya membiarkan bis kota membawa saya 8 kiloan lagi, dan ketika turun saya lupa bayar bis kota, baru inget sekitar 5 menit dari turun. Herannya, saya gak merasa untung gak bayar bis kota. Manyun" di pinggir jalan, menggelengkan kepala tiap tukang ojek lewat menawarkan jasanya pada saya (pengen tereak "Heh! Apa lu mau bawa gw 90 kilo ke arah jambi sono naek ojek lo itu? Gak liat apa lambang di baju dines gw?" - tapi...apa ada gunanya saya ngelampiaskan kekesalan sama mereka?). Setengah jam saya nunggu disitu, lewatlah bis terakhir menuju arah kantor saya. Saya naik sambil berdoa dalam hati, semoga saja bis ini hari ini eling, jadi rada kencengan dikit jalannya (biasanya ini adalah bis tersiang yang nyampe ke kantor dan saya gak mau bikin malu diri sendiri). Saya naik dan duduk dengan nyaman, semilir angin bikin saya mulai mengantuk. Tapi rupanya dewa pengusik belum membiarkan saya tenang, gak jauh dari situ, kondekturnya menaikkan seorang pemuda yang...*ueekkhh* bau banget badannya! Kayaknya ni orang gak mandi deh! Sial banget, manusia itu duduk dengan cueknya disebelah saya (@#$$^%&*%$ !!!!), saya mengeluarkan tisu Kl**n** favorit saya dan menyumpal hidung saya, membuka jendela lebar" dengan harapan baunya terbang bersama angin. Duh, sopir gebleg itu malah ngetem, dan semilir aroma tak sedap makin menggelora, dengan tampang tambah kelipet, saya menyuruh dia minggir dan saya pindah ke kursi paling belakang (Percuma dikasih kode, tu orang gak sekolahan kali, gak bereaksi dengan aksi saya itu soalnya,mending saya yang ngalah). Setengah jam kemudian bis sialan itu bergerak, dengan sangat lambat, sehingga saya sampai ke kantor hampir pukul 10 pagi, dan diteriaki teman sekantor saya "Selamat siang, Bu". (percuma menyumpahi bis itu, saya juga sih, knapa bangun kesiangan....) Kesialan ternyata membuntuti saya sampe pulang kantor. Saya pikir untung banget baru keluar langsung dapet bis, gak taunya itu rentetan kesialan saya yang to be continue. Baru naek dan duduk manis, eeee.... ada orang bau lagi, lebih kecut dari yang tadi pagi, karena matahari menyengat siang tadi. Saya ngedumel dalam hati, ni orang abis bergumul sama kambing apa, baunya gak beda. Tapi angin bersahabat dan membuang semilir aroma tak sedap itu. Eh, baru mau enak...*TARR!!* ban bisnya pecah. Tuhan....apa yang sedang saya alami sih?! Dengan jengkel saya keluar, menanti kendaraan lain yang lewat, 15 menit tanpa hasil, lalu ojek lewat dan dengan penuh syukur saya naik. Seengganya sampe di persimpangan jambi, saya bisa dapet bis. Sial lagi, kali ini 1/2 jam berlumur debu tanpa hasil saya menunggu bis lewat (cuma berharap jangan yang pecah ban tadi, kan malu mau naek bis itu lagi...). Saat hampir kehilangan harapan (plus menyumpah" dengan heboh - dalam ati aja), akhirnya saya dapet bis dan sampai di hometown dengan selamat, sampai bisa curhat di blog ini.. Saya berfikir, tadi pagi saya malas sekali mau ke kantor, kata orang kalo mau pergi tapi gak niat sebaiknya jangan, karena itu awal dari malapetaka seharian (supersticious sih, tapi percaya gak percaya lah...lihat apa yang saya alami), apa muasalnya dari situ atau saya dikutuki oleh kondektur bis kota yang tadi pagi, menyadari saya nggak bayar ongkos, jadi saya mengeluarkan lebih banyak untuk ongkos hari ini? Entahlah... yang pasti saya harusnya menyambut hari kerja tiap pagi dengan senyuman dan perasaan riang, ketimbang menggerutu kenapa saya harus kerja hari ini.... Biar sepanjang hari yang saya alami lebih baik -daripada hari ini-.

Sunday, April 15, 2007

Me versus High Heels


Engga bermaksud niruin teenlit yang skaligus ada film dan sinetronnya dan sempet jadi hits beberapa waktu yang lalu, lho....... tapi story 'bout high heels emang selalu unik dan jadi rumpian sepanjang masa.

Saya termasuk penggemar high heels sejak masa remaja. Saya ingat, dulu tante saya bawa oleh" dari luar negeri, 2 pasang sepatu kaca (modenya aja sepatu kaca, nyatanya cuma sepatu plastik...mana ada sepatu kaca beneran kali...). Karena jatah saya sekolah siang, jadi waktu sepatu itu dipromo sama tante, adek saya duluan yang ngeliat dan menjatah sepatu itu (kebetulan yang menyebalkan, ukuran kaki kami sama..) dan yang sepasang lagi diambil tante saya yang lain yang kebetulan masih jadi anak kuliahan. Jelas saya ngamuk dong (ala anak kecil umur 9 taun yang pengen banget punya sepatu itu dan iri berat sama adek saya yang ngedapetinnya), dan saya mencak" sama tante saya, yang akhirnya karena sebal saya begitu, sepatu itu dilemparkannya ke saya " jangan gak diabisin!" (walopun akhirnya gak kepake, lah ukurannya emang buat tante saya itu, bukan untuk saya....but i never sorry 'bout it hehehe...)

Sepatu itu fisiknya kulit tipis yang dijahitkan bareng plastik bening, jadi jari" kaki bisa dipamerin, dengan hak yang tingginya sekitar 5 centi. Cukup genit untuk ukuran anak SD, tapi begitulah nasib anak" perempuan yang sejak kecil sudah diajarin tentang fairy tales, Snow White, Sleeping beauty, Cinderella, semuanya kan gak ada yang pake sepatu ceplek. High heels itu buat cewe kecil pra teenage gitu adalah salah satu property untuk menjadi cantik, tanpa sadar didikan mama sudah merasuk seperti itu, feminin sama dengan high heels, cewe cantik sama dengan high heels.

Saya sendiri belajar pake high heels sejak kelas 3 SD, pertamanya -sebelum dapet sepatu kaca itu- nyobain sendal emas yang dipake mama saya buat pengantenan. Saya begitu mencintai sepatu itu sampe walopun dilarang mama untuk mengeluarkannya dari rak sepatu, diam-diam tetap saya keluarkan (waktu mama pergi kerja) dan bermain seolah" saya seorang Ratu (Ratu Pantai Selatan, waktu itu kan trennya film Suzanna tentang Nyi Roro Kidul, dan sepatunya warna emas kelap kelip gitu) Segitu cintanya dengan high heels, saya dulu gak punya sepatu dengan hak kurang dari 5 centi,kecuali sneakers dan sendal jepit. Teman-teman saya sih gak pernah komentar, tapi kalo liat kerutan dikening mereka, saya tau mereka mau nanya gimana sih cara saya jalan dengan sepatu kayak gitu?

Waktu kuliah, sepatu kebangsaan saya high heels, mau pake baju yang rada girlie ato kasual biasa, ato malah cuma kaos oblong plus jeans belel yang kontaknya cuma barengan sneakers ato sendal jepit. Rekor sepatu yang saya miliki, hak 12 centi warna coklat dari kulit buaya (sisa-sisanya masih saya simpan sampe sekarang..:P). Waktu belinya, mama sempat terperangah "Mau dipake kemana sepatu itu?"
"Kondangan, mam" jawab saya seadanya. Tapi my dear mama tentu aja tau gak mungkin sepatu itu saya biarkan bulukan di rak sepatu.
"Kamu kan naek bis...."
"Yah.... itung" latian,mam..."
Dan mama saya menyerah.

Sepatu itu emang jadi andalan saya untuk pergi kuliah (nasib, punya temen dengan tinggi minimal 161 centi sementara saya cuma 158, kan cape kalo mo ngomong nenggak dulu... sakit leher bisa" saya), temen" saya juga kagum liat saya begitu berani memakai sepatu setinggi itu untuk kuliah, naek turun bis, naek turun tangga kampus. Tapi high heels itu bikin saya lebih pede untuk beredar.
High heels ini juga pernah bikin malu saya. Ceritanya abis jam kuliah, saya dan beberapa teman pergi makan bakso ke depan kampus, pas udah selesai, kami mau nyebrang jalan, karena rame, kepaksa nunggu dulu di trotoar tengah jalan itu. Pas itu emang waktunya anak sma deket kampus saya pulang, jadi bis dan angkot berjalan sangat lambat untuk mengambil penumpang. Ketika jalan sudah sepi, kami buru" menyebrang sebelum jalanan dipenuhi mobil lagi. Naas buat saya, gak liat ada lebihan semen trotoar, jadi karena gak mantep berdiri, jadinya kesandung deh!
Pertamanya temen" saya melongo ngeliat saya terduduk di trotoar itu, lalu mereka ketawa ngakak. Menyebalkan lagi, serombongan anak sma masih berdiri di seberang jalan, plus deretan mamang beca paada ketawa ngeliat saya begitu. Dasar muka tembok, saya cuek aja berdiri dan melanjutkan melangkah sampe ke seberang jalan, membiarkan cekikikan riuh teman" saya. Ternyata, masih banyak lagi yang melihat saya jatuh, termasuk my crush!
Saya mengutuk dalam hati, tengkyu high heels, udah bikin saya jadi rumpian! (dan sampe sekarang, temen" saya masih ingat kejadian itu, dan menyinggungnya kalo saya mulai lirik" high heels diatas 7 centi..-ooopps...saya kapok pake high heels 12 centi heheheh-). High heels itu juga pernah mengeluarkan api, kehebohan lain yang ditimbulkannya, yang juga jadi kenangan diantara temen" saya. Waktu selesai mengikuti kuliah siang, karena lapar, saya dan temen" buru" keluar kelas. Koridor lantai 2 itu penuh sekali dengan mahasiswa yang juga brutal pengen minggat dari areal belajar, dan berebutan turun tangga. Karena tangganya dari batu, ketika saya turun dengan cepat, high heels saya bergesekan dengan kuat dengan tangga itu dan memercikkan bunga api.
"Apaan tuh?!" pekik seorang mahasiswa cowo.
"Ya ampun.... sepatu lo kluar api, dith!" samber yang laen.
"Buset dah... hebat banget sepatunya si judith ya.... bisa jadi korek api" lanjut dengan ketawa nyaris seluruh mahasiswa yang ada.

Enough!

Saya mempensiunkan high heels kesayangan saya itu, dan bener" gak saya pake kalo bukan mau ngeceng ato kondangan, daripada bikin insiden yang lebih gawat dari sebelumnya? Dan saya cuma pake high heels paling tinggi 7 centi.....

Saya pernah nonton film lucu yang cewenya gak suka tampil feminin, include make high heels, She's the Man nya Amanda Bynes (pernah nonton gak?). Dia bilang high heels itu diciptakan kaum pria untuk perempuan agar saat mengenakannya, bokong si perempuan terlihat lebih kecil dan gak bisa lari cepat dan jauh.

Okey...saya setuju dengan yang kedua, tapi yang pertama?!

Saya mencobanya (hehehe.....), dan mematut" diri di depan kaca. Engga juga ah, bokong saya tetap saja selebar yang saya lihat, tapi terus terang sih, saya sanggup jalan cepat dengan high heels (untuk itulah kaum hawa diciptakan dengan kaki yang jenjang). Barangkali itu cuma alasan aja supaya dia gak dipaksa pake high heels, ya...?(but anyway...cowo emang suka liat cewe pake high heels, kesannya feminin banget.... - cih...sepatu ceplek juga feminin kok-). Jadi inget temen saya Ms. Di...dia gak bisa pake sepatu dengan hak lebih dari 5 centi...lah wong waktu kondangan barengan saya, dia masih kepletot sama sendal hak 3 centi...malu"in aja jadi cewe ni orang.... :P

yah...apapun juga alasannya, high heels tetep jadi lambang perempuan sampe kapanpun, dalam kondisi bagaimana juga... termasuk saya

Saturday, April 14, 2007

Confusion of the Bride

Beberapa hari yang lalu saya mengobrol dengan salah seorang sahabat saya, called her Ms. Di, atau boleh juga panggilan sayang saya ke dia, Buntel (soalnya kalo 'tersentil', mukanya langsung menggelembung, persis sekali dengan ikan buntel kalau mau memproteksi diri...). Kami mengobrol tentang salah seorang teman kami juga, Ms. D (again.... ortu jaman dulu emang suka sekali menamai anak dengan inisial D) yang berencana akan menikah tahun ini. Ketika kami berkumpul di acara pernikahan teman yang lain bernama Ms. O tahun kemarin, kami bertanya" siapakah diantara teman yang lain yang akan segera menyusul?". Dengan tersipu-sipu, Ms. D ini berkata, tunggu aja kabarnya taun depan, rencananya sih bulan April. Wah.... jelas dia disoraki dengan yang lainnya, apalagi si Aa' tercinta kebetulan turut menemani. Oh, God....time rolling so fast, sekarang udah medio April. Saya baru teringat kata-kata Ms. D ini, dan tersadar,kenapa tidak ada realisasi lebih lanjut? Ms. Di bilang diobrolan telpon kami, katanya rencana itu diundur sampai bulan Juli. Tapi waktu kakak perempuan Ms. Di ketemu sama mama Ms. D dan bertanya kapan perhelatannya diadakan, dan sang mama berkata "Gak tau" ?????????????????? What a confuse.... Ada apa sih dengan si pengantin wanita? Ms. Di bilang dia langsung mengkonfirmasikan dengan Ms. D, dan dengan lesunya si Ms. D ini berkata " Gak taulah..." ....okeeyy........ Ms. Di nanya lagi " Is there somethin' wrong?" dan dijawab dengan lugas oleh Ms. D " Emang gak tau....." ....lanjut..... Another Q-nya Ms. Di "Kalo ada apa" cerita sih, D" dan dibalas oleh Ms. D, "Ah, kapan sih kita bisa ketemu, kan kamu sibuk terus....." ...okey, that's it... Kami emang para wanita bekerja, kebetulan saya dan Ms. Di berdekatan tempat tinggal, makanya walopun gak bisa nyambungin waktu luang tetep aja bisa ketemu, dibandingkan dengan Ms. D yang karena keinginan ortunya yang merindukan rumah dengan suasana pedesaan yang nyaman, dan bisa bikin kebon sayur di halaman rumah, memilih pindah 14 kilo lagi dari pusat kota, bikin Ms. D harus pulang cepat kalo tidak mau kemalaman dijalan (yaahh...begitu deh cerita para pionir kehidupan, blom punya kendaraan sendiri, dan terlalu sayang keluar duit lebih untuk naek taxi...) Tapi apapun alasannya, bukan berarti kami mengesampingkan arti pertemanan yang sudah terjalin selama ini (ooohhh...so sweet....), tentu aja kita mencoba menyisihkan waktu untuk teman kita ini dong.... (walaupun akhirnya gak jadi, dan saya memutuskan untuk menghadiri acara ultah salah satu teman yang diadakan di salah satu stasiun radio swasta disini, janjian sama Ms. Di tapi...what a sh***, telpon saya gak dijawab" sampe waktunya acara bubaran, bikin saya kesal aja, kasi tau kek kalo gak bisa datang, jangan maen kucing tikus gini, bete deh....) Kayaknya Ms. D lagi bingung. Ok...saya maklum, sindrom yang melanda para calon pengantin (saya mengalaminya, sepupu saya mengalaminya, sahabat saya malah sempet nyaris membatalkan pernikahannya dan melarikan diri sejenak (runaway bride banget), dan mungkin beberapa orang diluar sana sempet merasakan keragu-raguan ini - hey... gak cuma cewe, cowo juga gitu kok, apalagi kalo udah sampe bachelor party, trus gak kuat iman, tamatlah semuanya, meninggalkan si pengantin perempuan termenung dan ibu pengantin laki-laki yang menangis "saya gak merasa membesarkan anak seperti ini!" ) Parahnya, kalau kebingungan ini berpengaruh sampai dekat" hari H, kan bisa malu semuanya.. Saya teringat dulu, si Aa'nya Ms. D itu kakak tingkat kami lain fakultas, yang naksir Ms. D ini waktu acara OPSPEK universitas (yang terakhir sebelum OPSPEK itu dilarang dengan alasan bau kekerasan). Saya dan Mrs. Di yang ngenalin, karena kami berdua yang aktif di organisasi kampus, mengajak Ms. D yang selalu berkomentar "untuk apa sih ikutan kayak gini, kayak kurang kerjaan aja" (ah, itu perasaanmu aja, mbak, banyak cowok lho disini -hehehe-), biar dia tau beginian ini sebenarnya asyik juga, gak kalah dari hangout di pusat perbelanjaan (masa itu, mall masih berupa rangka pondasi :P). Bukan tipenya actually,Ms. D itu pencinta pria berseragam. Jelas Aa' gak masuk itungan karena dia cuma orang-sipil-serius-yang-menganggap-segala-sesuatu-harus-dilakukan-dengan-benar-dan -pada-tempatnya. Apalagi diajak around sama Ms. D yang notabene bertumit gasing, alias gak bisa diem (wanita adalah mahluk ciptaan-Nya yang paling artistik dan tangguh, mereka mampu masak, belanja di pasar, berjalan-jalan di mall, jalan kaki berkilo-kilo meter tanpa merusak dandanan dan dengan menggunakan high heels), Aa' gak bakalan mampu deh! Begitulah....waktu berlalu, dan pertengahan 2006 saya dikabari oleh Ms.Di, kalo Aa' dan Ms. D ini sudah beberapa kali ketemu dan tampaknya menjalin hubungan yang serius, setelah Ms. D berkali-kali patah arang ditengah jalan dengan mahluk-mahluk pria yang setipe dengannya. What a surprising..... Kok bisa sih? Bukannya dia gak maw?! Begitulah hidup dan begitulah cinta (ini bukan falsafah, tapi kenyataan) Saya ini mahluk impresif yang juga sensitif. Saya gak yakin kalau hubungan mereka bisa lancar, mengingat dan mengingat segala hal yang 180 derajat berbeda satu sama lain. ..Oh, jangan skeptis gitu dong, dith.... Iya deh, tapi perasaan itu masih engga hilang dari dalam diri saya, walaupun saya mencoba untuk menepiskan perasaan itu. Sebenarnya waktu kami heboh"nya mengomentari rencana marriage-nya Ms. D, dia sempat menggamit lengan saya dan berbisik "Tolong doain supaya semuanya lancar, ya" Saya jawab " Hey, D.. u're my bestfriend..i always wish for the best.... jangan lupa ya, seragam untuk saya" (saya suka banget dapet seragam buat wedding eve hehehe) Senyumnya yang keliatan ragu waktu itu -dan saya abaikan- terkenang lagi waktu Ms. Di memberitahukan kebingungan Ms. D ini. Saya sungguh ingin ketemu dengan Ms. D dan menyemangatinya...Kalo bisa sih secepatnya. Tapi kalo modelnya kayak gini, kapan mau ketemu???? Yah...only hope... everything's gonna be okay from now..... Marriage itu gak mudah, saya bilang itu unpredictable... Tapi kalo kita selalu berharap yang positif, bukan negatif yang terkirim ke kita. Tuhan itu kan Maha adil...

Wednesday, April 11, 2007

Jokes today

@ Bu Sari kaget melihat kerumunan orang di jalan rumahnya, dan ternyata adayang meninggal. Diapun bertanya kepada seorang anak kecil : "Dek..siapa yang meninggal?" anak kecil itu menjawab " itu .... yang di dalam peti, Bu." @ Seorang suami memberikan pilihan untuk istrinya, jalan-jalan ke Paris atau membeli 2 lusin busana rancangan terbaru desainer ternama. Setelah istrinya berpikir, dia menjawab "Saya pilih jalan-jalan ke Paris aja, Mas, trus disana nanti kan aku bisa beli satu lusin busana rancangan terbaru..." @ Di akhirat ada 2 cewek yang lagi ngantri ditanyain sama malaikat. Malaikat bertanya pada cewek pertama " Pernah selingkuh?" "Tidak" jawab si cewek, dan malaikat menyodorkan sebuah kunci " Ini kunci surga" Setelah si cewe pertama berlalu, malaikat bertanya pada cewek yang kedua "Pernah selingkuh?" "Sering banget, abis enak sih" jawab si cewek kedua, dan malaikat menyodorkan sebuah kunci "Ini kunci kamarku". @ Seorang cowo ikut tour yang ternyata semua pesertanya adalah gay. Di dalam bus, tiba-tiba dia merasa ingin buang angin, dan gak tertahankan lagi, dan ... ops... bunyinya nyaring. Serentak para gay itu berkata : "Ehm...still virgin..." @ Seorang pemabuk menyetop bis dan naik lalu duduk disebelah nenek-nenek. Si nenek itu sebal melihat tingkah si pemabuk dan nyeletuk " Tau ngga, kamu bakalan ke neraka!" Sipemabuk langsung kaget, berdiri dan berteriak " Stooopp..kiri! Salah naik bis!" @ Di perkampungan indian, seorang anak bertanya pada kakeknya : " Kakek...kenapa nama kakek Elang Putih?" Si kakek menjawab " Oh, dulu waktu kakek lahir, ayah kakek berhasil memanah seekor elang putih." Si anak manggut-manggut "Ooohh..makanya ayah bernama Beruang Hitam, pasti karena kakek berhasil memanah beruang hitam." Si kakek menjawab "Betul..kenapa kau tanyakan itu, Kondom Bocor?" @ Bejo mau beli paku, tapi dicuekin sama si pemilik toko. Ketika tiba gilirannya setelah menunggu lama, si pemilik toko bertanya "Mau beli apa, Dik?" Bejo menjawab " Paku satu kilo." "Dibungkus ya?" "Ngga..makan sini aja". @ Tiga orang pemabuk di sebuah bar taruhan untuk bisa membuat orang marah. Pemabuk 1 & 2 gagal, dan tibalah giliran pemabuk yang ketiga. Dia menunjuk seseorang dan berteriak "Hei kamu! Aku sudah sering meniduri ibumu!" Semua orang disitu terdiam dan menanti apa yang akan terjadi. Orang yang dihina oleh pemabuk ke 3 itu berdiri dan berkata " Ayah, sudahlah! Ayo pulang!" @ Di atas kapal yang berlayar dari Sumatera ke Jawa, ada tiga orang berkenalan, mereka orang Batak, Ambon dan Jawa. Orang Batak memperkenalkan diri " Saya Anton Sinaga." Lalu si orang Ambon memperkenalkan diri " Saya John Bakarbesi ". Orang Jawa terpana mendengar nama orang-orang yang baru dikenalnya begitu hebat, lalu dia berkata "Saya Sugeng Ular Sawah". (just joke.... :-P )

Tuesday, April 10, 2007

happy day

Hari ini saya sedang senang.... Pagi yang cerah terbangun dari mimpi, gak pake acara kesiangan kayak kemaren (rekor saya, dandan 10 menit, ready to go in 1/2 hour, untung gak lupa pake deo...Tapi masi nyampe kantor kesiangan juga, yah..namanya aja kesiangan, apa sih yang saya harapkan?), jadi sempet leha" abis siap", goreng mantou buat dimakan di jalan, dan saya berjalan menuju tempat saya menunggu bis kota bagai melayang. Sebenernya gak bisa dibilang pas waktu juga seh, soalnya teteup..jam 1/2 7 baru kluar rumah, molor 1/2 jam dari jam seharusnya saya berangkat ke kantor (ok, terserah deh kalo mau bilang "enaknyaaa pegawai negeri, bisa dateng telat pulang cepet... who care?!) Di jalan yang bragajulan, saya tertidur dengan tenangnya, tidak terganggu dengan rengekan bayi penumpang yang duduk disebelah saya, atau celoteh pegawai puskesmas yang satu area kerja dengan saya, nyaring bergosip pagi" (gak perlu nonton insert pagi ato espresso segala untuk tau gosip gress) dengan rekan kerjanya crita kemaren ditawarin tumpangan sama bos saya yang biasanya pelit itu "naek innova lhoo...naek innova....." (trus, kenapa dengan naek innova? dasar orang udik). Nyampe di kantor, masih lumayan sepi biarpun waktu sudah menunjukkan pukul 08.45 WIB, bukan waktunya orang apel pagi lagi. Begitu masuk ruangan saya, R, honorer asisten saya (dih, gaya betul ya hehehe) bilang "hari jum'at ini kita arisan, tolong bikinin undangannya kata ibu". Great! berarti saya harus datang di hari jum'at ini, padahal saya paling malas kerja hari jum'at, susah pulang cepet karena angkutan jarang lewat sebelum jam 2 siang. Tanpa antusias, saya manggut" aja dimintai tolong begitu. Tapi kemudian kepala saya langsung tegak begitu R bilang "bos kemungkinan rolling kamis besok, makanya ibu minta arisan dipercepat, sekalian pamit." ASEEEEKKKKK!!!!!! Inilah yang paling saya tunggu selama setengah tahun menyiksa sepanjang karir saya disana. Saking terharunya saya nyaris menitikkan air mata (walau sambil cekikikan jahat) Bos saya itu PK, penjahat kelamin. Kayaknya emang klewat kasar sih, tapi pantes kok untuk dia. Mengerikan seatap sama dia, apalagi dengan bigos yang berkeliaran di kantor dan mata-mata bininya. Istrinya itu pencemburu berat, dan gak suka lihat perempuan cantik beredar di dekat si bos (yeeaahhh...rite... tipikal sekaliiiii). Saya kena getahnya, hanya karena saya perempuan energik, elegant, beautiful, gorgeous dan bersih (thats beauty, gak ada gunanya cantik tapi bau & dekil). Saya dibilang kekanak"an, maen mata dengan laki-laki disana (helloooww...mata buat ngeliat tho? Masa ngelirik dikit aja dibilang maen mata? Siapa tau lagi kelilipan..), dan dia gak suka banget saya bedakan (emang salah saya juga sih, bedakan di meja kerja....). Dan ternyata si bos suka sama saya..hiiii.... Tiap hari saya berdoa dia dimutasi, biar saya tenang idup disitu, tiap ada kabar mutasi, saya berdebar" (asal jangan saya duluan aja dimutasi....saya masih suka kantor saya). Dan doa saya yang teraniaya ini terjawab sudah....(hmm...pantesan aja dia murung sekali 2 minggu ini, kehilangan tempat terenak untuk bertugas, deket hometown, lahan basah, pinggir jalan gede..bisa ngacir kapan aja :P) Jadi... karena terlalu senang, saya sampai merasa perut saya melilit gak keruan. "ogh, sakit perut...jangan" gara" makan Ester C sebelom makan tadi pagi cuma minum air aja, gimana dong?" R : "makanya lain kali sarapan dulu" Ibu E (kasie saya) : "ya udahlah, kan sibos lagi ke lapangan juga, pulang juga gak papa kok, nanti saya yang bilang" Yess!! Saya pulang jam setengah sebelas hari ini.

Sunday, April 8, 2007

Being psycho at wORk

Psycho itu.... : * Hannibal Lecter --> Silence of the lamb * Norman Bates -- > (ya) psycho * Freddy Krueger -- > Nitemare on Elm Street Semua nama diatas adalah tokoh PSYCHO dalam film Hollywood. Ternyata, dalam diri seorang eksekutif terdapat jiwa psycho yang menyebabkan mereka bisa melampaui batas, melejit menuju kesuksesan dalam karir, karena mereka kejam, tidak sopan, manipulatif dan kurang punya hati nurani. Menurut David Koh (psychoLOG) "Psikopat tidak mempunyai hati nurani, tidak merasa menyesal atau bersalah, kualitas yang ironisnya justru membantu sukses dalam karir, karena kantor sering kali adalah tempat yang tidak memiliki emosi, yang tujuannya mencari uang tanpa harus peduli siapa yang tersakiti." "Psikopat juga biasanya mempesona dan pintar merayu bahkan memanipulasi..." "Psikopat percaya dia adalah pemenang dan itu memberikan kepercayaan diri dan kompetensi." Bisa juga kita meniru cara" psikopat tanpa harus menjadi full psycho ( that's too scary...)dan tidak kehilangan nurani (dikit aja). # Rule one : Pesona mangsa anda Bagaimana mempesona orang" hingga mereka bisa menjadi pemuja anda (para psikopat perusahaan bisa cepat naik karena mereka memang sangat disukai - sebelum mereka membunuh karir seseorang dengan satu ucapan beracun) Tips : ~ Beri isyarat pada seseorang dengan 'alis mata'. Naikan dan turunkan alis mata anda dengan cepat memberikan kesan anda bisa dipercaya karena hal tersebut membuat mata anda mudah dipengaruhi. ~ Hilangkan '..hmmm...' dan '..ahh...' karena memberikan kesan ragu-ragu dan kurang percaya diri. ~ Lontarkan lelucon, kemampuan menghibur rata" dimiliki oleh orang" penuh karisma. # Rule two : asah EGO anda Psycho always think they're better than everyone ( John Doe "se7en" menngunakan kejahatannya untuk mengajarkan masyarakat mengenai bahaya dari 7 dosa yang mematikan ). Psikopat tidak pernah berpikir "saya tidak berguna". Mereka percaya mereka adalah pemenang dan itu memberi kompetensi dan percaya diri. Tips : ~ Buat daftar kekuatan -->komplimen/pujian yang diterima baik setelah mengerjakan pekerjaan di kantor atau di rumah. ~ Perbaiki diri, asah kemampuan yang dimiliki, misal public speaking atau menulis laporan, kalau perlu ambil kursus tambahan. ~ Lihat sisi baiknya, kelilingi diri anda dengan orang" yang positif dan percaya diri. # Rule Three : being 'sucks' Jangan jadi orang suci di kantor ! Psikopat bekerja sangat baik di kantor karena mereka tidak peduli siapa yang harus mereka sakiti untuk mendapatkan pujian. Tips : ~ Saya dulu ! Jangan takut menggunakan kata" seperti "saya mau" atau " saya rasa" ~ No more Ms. Nice gurl in the oFFice. ~ Katakan "TIDAK" pada si penggertak. # Rule Four : pengaruhi rekan kerja Psikopat bekerja selalu membuat korbannya merasa bersalah, berutang budi atau merasa jadi bawahan si psikopat. Kadang" malah berpura" menunjukkan kelemahan untuk mengambil simpati. Tips : ~ Setujui dulu (menjadikan lawan bicara merasa satu pikiran) ~ Beri muka # Rule Five : GET OUT FROM CHAIR ! Psikopat kharismatik karena mereka adalah orang" yang beraksi. Mereka selalu punya sesuatu untuk dikatakan atau dikerjakan. Tips : ~ Kesankan atasan dengan terus melontarkan ide ~ Jangan takut mendekati atasan dan memulai obrolan ringan Yaaahh..... finally, orang yang bersemangat adalah mereka yang pandai bersosialisasi.... (female)

Saturday, April 7, 2007

Merajuk dan merajuk lagi...hidup merajuk!

Tadi pagi seorang kawan saya, D, datang bertandang ke rumah mengantarkan sepucuk surat dari kantornya ditujukan kepada atasan saya (hell... seminggu yang lalu dia menelpon saya hendak mengantarkan surat ini, malah nongolnya baru sekarang, untung bukan undangan basi..). Dengan hebohnya saya mengajak dia duduk dan bertanya beberapa gosip kecil yang terlewatkan saya karena sudah tak bertemu beberapa waktu. Komentar" kecil, cerita kejadian kecil yang terjadi beberapa hari yang lalu. Oh ya, beberapa hari yang lalu, saya menerima sms dari nomor tak bertuan(yang ternyata salah satu Thick Madame di gank diklat saya) yang bertanya siapa peserta lomba nyanyi yang dikirim dari kantor saya, di tengah malam buta. Well... saya jadi tertarik karena ketua pkk kantor saya yang naif dan (mungkin) lil dumb itu mengirimkan penyanyi organ tunggal untuk mengikuti acara bergengsi yang diadakan oleh ibu" pkk di tempat saya bekerja. Saya kan jadi penasaran bisik" tetangga kantor sebelah, sementara menurut teman saya itu, peserta lainnya ok semua, sementara kiriman kantor saya hanyalah penyanyi dangdut organ tunggal yang memakai rok balon di hari H nya (saya yakin 100% rumpian tak berhenti 2 minggu ke depan...) Obrolan meloncat ke pertanyaan selanjutnya, kenapa saya gak pernah nongol lagi kesana, ataw meng-organize pertemuan rutin yang biasanya diadakan buat reuni kumpul" antar teman ex diklat (soalnya kan kantor kita laen"....). Hey, kan biasanya yang mengorganisir si W itu, kata saya. Dan ternyata, saya mendapat berita tak kalah menarik walau basi selama 3 bulan, bahwa W itu merajuk karena saya dan dia adu mulut sedikit di pertemuan terakhir masalah organisir ini (dia bermaksud pulang duluan, saya menahannya dengan bilang, masa yang ngusulin ketemu malah pulang duluan, eh dia bilang saya yang ngusulin ketemu dan dia cuma jadi EOnya doang, saya gak terima, dan cat cit cutlah kami disitu), sampe hari ini, dia gak pernah sms saya lagi. Saya cuma menghela nafas... cukup childish untuk orang seusia dia (btw, dia lebih tua beberapa tahun dari saya), dan sekarang sbelum saya sms duluan dia gak mau noleh-noleh ke saya.. *sigh* kayaknya saya punya banyak kerjaan lain yang lebih membutuhkan tenaga dan pikiran saya sekarang daripada membujuk orang merajuk.....

gebug sana gebug sini

Baru-baru ini ada kasus lagi dari IPDN, penyiksaan sampe tewas kepada praja Cliff Muntu. Baca koran dan nonton berita di tv yang bertubi-tubi gitu, bikin merinding aja. Penggencetan di sekolah itu wajar (menurut saya sih...) dan yang namanya penggemmblengan keras senior ke junior dalam wadah tertentu (secara militer) juga wajar aja, tapi kalau sampai menyebabkan kematian? Saya punya kenalan alumni STPDN. Saya pernah bertanya sama dia, kenapa sih ada acara kayak gitu? Dia juga kena ngga? Katanya sih simpel, cuma untuk jaga kekompakan dan itu tradisi dari senior sebelumnya. Masih ngebela amlumni biar rasa dalam hati masi empet juga, saya yakin banget liat mukanya waktu menjawab pertanyaan saya. Lalu dia lanjutkan, itu juga gak tiap hari, dalam artian hanya dalam acara tertentu, misalnya untuk jadi anggota marching band. Atau kalo seniornya bete liat junior yang rese, dalam kamus persenioran itu adalah sah sah aja, kan senior selalu benar. (iya juga sih,di sekolah dulu saya juga gitu kok, cuma gak ada acara gebug"an aja.... apalagi saya sempet tergabung di Paskib sekolah, yang notabene semi militer). Tapi apa perlu sekolah yang bakal mencetak pimpinan di pemerintahan dalam negeri memberlakukan kekerasan dalam mendidik junior? Lagipula dalam konteks penerjunan ke lapangan setelah selesai menempuh pendidikan lebih banyak diurusan administratif. Lalu dia juga bilang, selama juniornya baik" saja, senior gak bakalan nyari alasan untuk menjatuhkan dia dalam cara apapun. Kalo gitu, si CLiff Muntu ini bertingkah? Kita ngga tau juga kan, yang jelas apapun yang terjadi, dia ngga berhak diperlakukan seperti itu. Memang institusi yang bersalah kalau sampai hal seperti ini lolos dari pengawasan. Atau memang inilah arogansi institusi pendidikan dalam negeri disini?

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...