Tuesday, November 25, 2008

1st Love never die (or don't want to forget?)

Saya berbincang dengan teman lama saya. Dia membicarakan tentang cinta pertamanya bertahun-tahun yang lalu. Kami tertawa-tawa membicarakan kebodohan-kebodohan yang kami lakukan ketika kami masih remaja, tetapi tidak ketika membicarakan pria cinta pertamanya ini. Dia seorang pria yang baik, bahkan untuk usia belasan tahun. Dengan pola pikir yang dewasa, sangat mengagumkan, dimana sebagian gadis-gadis menganggap pria itu membosankan karena kebijakannya itu. Tapi teman saya sangat kagum padanya. Awalnya mereka berteman biasa, bersahabat. Saling bercerita. Kemudian perasaan saling membutuhkan itu muncul, dan ungkapan cinta mengalir begitu saja diantara percakapan biasa mereka, dan tak lama, jadilah mereka sepasang kekasih. Pria itu sangat baik. Teman saya bilang, dia menjadi sangat manja karena ada yang memperhatikan, dan pria itu sangat memperhatikannya. Menurutnya sebelumnya tidak ada satu priapun yang memperlakukannya seperti itu. Laiknya cerita cinta di manga-manga Jepang, cinta yang bersemi sejak masa sekolah, yang bertahan forever and ever. Dan itu juga dipercaya oleh teman saya itu. Sayang sekali, kisah cinta manis mereka yang nyaris tidak ada percekcokan, berakhir tidak bahagia. Hanya seumur jagung, dan pria itu memutuskan lebih baik mereka berteman saja. Teman saya putus asa, frustasi. Tidak disangkanya dunianya akan runtuh begitu dia tidak bersama pria itu tadi. Tidak menyangka cintanya ternyata terlalu dalam untuk usia belasan sehingga membuatnya timpang ketika mereka harus berpisah. Baginya, tidak ada yang lain kecuali pria itu, the man who really know what woman want, kayak filmnya Kevin Costner itu tuh...lupa saya judulnya. Cukup lama baginya untuk menyembuhkan luka hatinya. Bahkan hingga sekarang, dalam hatinya masih bertahta cinta pertamanya. Walaupun sudah ada pengganti, dengan cinta lebih dewasa dari yang dulu itu, kenangan lamanya masih membekas kuat. Saya menitikkan air mata haru (yang saya sembunyikan karena malu hehehe...). Apa sampai sekarang ia berpikir dunia itu tidak adil seperti dulu saat dia baru mengalami putus cintanya? Saya tidak tahu. One thing i know, it's so familiar story for me

No comments:

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...