Hari ini saya ngobrol dengan sahabat saya, Ms. R. Awalnya sih kangen aja ngobrol, menceritakan kesemarakan hidup saya hari-hari belakangan ini. So much fun. Trusannya ngebahas perkawinan deh.
Buat saya, perkawinan bukan sekedar skaral atau ikatan suci, atau menghalalkan (maaf) sex, beranak pinak, dan sebagainya seperti yang menjadi tradisi berdengung dengung yang membuat timbul anggapan bahwa perkawinan itu adalah saling hormat menghormati.
Perkawinan itu dianggap bahtera, dimana sang suami adalah nahkoda, dan istri mualimnya. Saling berkoordinasi mengarungi samudra kehidupan (jyaahhh.. bahasanya... hahahaa). Perkawinan bentuk manajemen paling sederhana dengan tingkat kerumitan yang tidak bisa diprediksi.
Oke deh, perkawinan adalah suatu proses pemerintahan kompleks dengan warga spesial... Yang pengertiannya harus tingkat tinggi...
Tempo hari saya sedang kumpul dengan rekan rekan semasa SMU, tiba tiba seorang teman saya nyeletuk "Tuh, the real true love"
Dia menunjuk sepasang suami istri lansia yang berjalan melintasi cafe tempat kami nongkrong sambil bergandengan tangan. Kami mengerti maksudnya. Begitulah seharusnya walaupun kami tidak tahu bagaimana perjalanan kehidupan perkawinan mereka sampai mencapai hasil yang seperti itu. Yang pasti, toleransi yang sangat besar ada didalamnya.
Sekarang, sedikit sekali hal seperti itu ada. Pergeseran nilai perkawinan menjadi hubungan relasi saling hormat menghormati. Saya rasa wajar beberapa orang memilih menjalani hidup single dengan status in a relationship sepanjangan. Atau lebih ekstrim lagi, samen leven doang.
Saya teringat membaca wawancara dengan Johnny Depp yang ngga nikah sama pacarnya walaupun punya anak.
"Saya nyaman dengan kehidupan ini kenapa harus merubah kenyamanan itu?"
Nah... kenapa lembaga perkawinan jadi hal yang ditakuti?
Ada lagi nih..
Kebanyakan pria menganggap apabila pasangan mereka mandiri, maka tidak ada hal yang perlu dipusingkan.
# Kalo kamu bisa nyetir mobil sendiri, pergi kondangan bareng temen temenmu aja, belanja sendiri, kenapa minta temenin? Aku kan lagi sibuk.. #
Hadeeuuuhhh..... Padahal waktu pacaran, dianter jemput, pintu mobil dibukain, tangan digandengin kayak orang jompo, ditanya tiap saat "Sudah makan belum, sayang?", dan masih banyak lagi romantisme ala anjing gombal lainnya. Menyebalkan? Yup.
Tidak aneh kalau akhirnya ternyata muncullah istilah HAMBAR dalam pernikahan dan mengalihkan perhatian keluar.
Kalau perkawinan ibarat kue, maka 80% potongan kuenya menuju selingkuh, 20% potongan kuenya menuju freak workalholic dan sisa 10% nya entah-apa-yang-dilakukan-hanya-Tuhan-dan-yangbersangkutan-yang-tau.
Bisakah hal ini dikompromikan lagi? Ms. R bilang, jadi kadang nyesel kawin, kalo ternyata jalannya masih kayak gini aja, mending pacaran sepanjangan.
Tuh kan? Apalagi yang saya alami....
No comments:
Post a Comment