Saya baru saja selesai menonton serial favorit saya, Criminal Minds. Serial fiksi menarik yang membahas bagaimana mendalami pola pikir seorang kriminal dalam melakukan kejahatannya, latar belakang dan psikologisnya. Menarik karena emosi manusia yang sangat bervariatif dan kompleks, yang bisa membuat jalur kecil berubah mematikan pada saat seseorang yang tadinya mungkin biasa saja bisa menjadi psikopat.
Untuk urusan kompleks, perasaan perempuan adalah kompleksitas yang paling rumit. Jangankan laki-laki, perempuan pemilik perasaan itu sendiri belum tentu memahami perasaan yang dimilikinya. Kerumitan perasaan seorang perempuan beragam, bisa membuatnya sangat kuat, atau flat sangat lemah sehingga tidak mampu menguraikan problematika yang melandanya dan akhirnya kelebihannya yang paling indah, pasrah dan menangis, akan menjadi rekan sejatinya, sahabat dikala sedih.
Namun bagaimana dengan perempuan dengan perasaan sekuat tembok baja, tetapi sebenarnya adalah dia terpenjara dibalik kekuatan palsunya yang lebih powerful daripada yang tersimpan didalamnya? Siapa yang mampu mendengarkan pekik dan jerit tahanan terpenjara di dalamnya? Sensivitas, Pra menstrual-syndrome, cengeng... akan menjadi tertuduh utama yang dipersalahkan. Perempuan itu lemah karena airmata.
Kompleksitas inilah yang terkadang sulit untuk diselami. Karena itulah alasan belahan jiwa atau bahasa kerennya soulmate muncul. Soulmate inilah yang bisa merogoh kebalik tembok baja untuk menyentuh hati yang rapuh itu tanpa menghancurkan pelapisnya. Soulmate inilah yang mendengar tangis tanpa air mata yang keluar. Soulmate inilah yang menyadari keindahan dibalik sesuatu yang dianggap orang lain biasa saja bahkan tidak menggugah selera sama sekali. Soulmate inilah yang memiliki hati dan telinga setiap saat tanpa harus menjerit memanggilnya.
Memahami setiap kata tanpa terucapkan... seperti itulah yang didambakan oleh setiap perempuan.
No comments:
Post a Comment