Bukan tanpa makna titel entri yang saya buat itu... Memang kata-kata "Apa, ya?" itu bisa menjadi makna yang beragam tergantung bagaimana cara kita menyikapinya, atau pertanyaan macam apa yang kita lontarkan.
Awal muasal cerita di entri ini adalah dengan melihat betapa banyaknya manusia menggalau di jejaring sosial, dan mungkin juga status BBM (secara saya pengguna, ya...)
Stres dan depresi mewarnai tiap lembaran halaman, bahkan itu terangkat pula dalam obrolan nyata sehari-hari. Seperti yang selalu saya simak dari balik kubikel saya di kantor, menatap tiap kolega yang berkumpul sambil bercerita macam hal yang sebenarnya sudah menjadi makanan sehari-hari.
Bahasan kali ini adalah, bahwa tahun ini saya telat mudik lagi. Telat? Why? Saya terpaksa menyusul pada lebaran hari kedua, karena kantor kembali menjadi tuan rumah untuk halal bi halal para bos besar. Taun ini padahal saya sudah bertekad untuk mengajukan cuti, dihantui kesepian yang saya lewati ketika berlebaran tahun kemarin. Sunyi dan tolol, menurut saya. Merasa bodoh...
Sedihnya lebaran sendirian itu menjadi momok yang mengerikan, melemparkan pada kenyataan semasam-masamnya kita bersama keluarga, itu paling penting #CATET
Tapi kegilaan di kantor melemparkan saya pada kenyataan, lebih baik saya yang mengalah, ini tugas... tugas, sodara-sodara!! Sesuai dengan perjanjian yang saya tanda tangani beberapa tahun silam ketika saya melengkapi berkas persyaratan bagi yang lulus pegawai negeri. Jadi ya, baiklah..... dengan soknya legowo saya tutup kuping lagi lah terhadap komen miring.
Apa ya? Yang bakal diberikan tahun ini kepada saya sebagai kejutan selanjutnya? Hidup saya begitu penuh dengan kembang api membuat saya jadi bertanya-tanya, kuatkah saya menghadapi segalanya? Allah memang tidak memberikan cobaan melebihi kemampuan umat-Nya, tapi se-wonder woman itukah saya?
Bahkan kekuatan diripun ternyata tak terukur luar biasanya....
No comments:
Post a Comment