Pernah gak ya saya buat blog dengan titel ini? Rasanya sih iya hehee... tapi su an lah, bahasa toh tetep sama dalam sisi manapun dilihat.
Dari kemarin saya memang sedang kelelahan mengontrol emosi yang mungkin sudah overload dari sebelum-sebelumnya. Ketegangan, stres, tertekan, sedih, marah, hampa semua bergulung-gulung menciptakan topan yang kian membesar dan akhirnya kemarin menggulung kontrol saya. Start dari bangun pagi, perasaan sudah mengharu biru, bahkan mata ini berkaca-kaca sepanjang perjalanan. Barangkali karena membaca status adik saya yang sedang bersenang-senang menikmati libur. Yah, mama, anak-anak, dan ketiga adik perempuan saya sedang menikmati wiken di jekardaahhh (alay mode on). Setelah awal minggu, adik saya yang berdinas di ssalah satu departemen di ibukota menitipkan putri kecilnya karena dia dan suaminya beda lokasi dinas luar, sementara mama saya yang drama queen itu tidak berkomentar apa-apa padahal beliau sendiri mau menghadapi seminar doktoralnya dalam 3 hari kedepannya, dan membebankan pengasuhan balita itu sama saya, yang ternyata totally merepotkan ditengah kesibukan saya, karena baby Cala ngga mau sama babysitter-nya Bunazeer T_T
Anak lucu ini tidak menyusahkan kok, seandainya datang ketika mama dan saya tidak sibuk. Cala bergelantungan sama saya, sementara Bunazeer merajuk karena bundanya dicuri, mama histeris semakin mendekati hari H, kolega di kantor sedang bertengkar hebat yg melibatkan hampir seluruh pegawai, dan rekan-rekan di radio memilih waktu yang salah untuk merajuk. Saya stres.
Mencoba bersabar diterjang kegalauan seperti itu, mencoba memahami, dan mengendalikan situasi, memenangkannya. Semua berlalu dengan hebatnya, saya bangga dengan kontrol diri saya. Tapi itu roboh ketika saya menyadari kenyataan, saya sendiri disaat keluarga saya berkumpul, demi tidak mengecewakan rekan-rekan saya tetapi malah mereka yang mengecewakan saya.
Jadi team leader itu engga gampang. Sulit. Berat. Tantangan. Perlu mental baja. Kekuatan pikiran. Tim yang solid. Yang terakhir inilah yang paling sulit dipertahankan. Dengan masing-masing kepribadian, keinginan, ego dan segala macamnya, harus dikelola dengan baik. Dan saya menyerah dengan lunturnya kontrol diri, memilih melipir menyendiri membiarkan emosi saya mencair sampai saya bisa menghadapi mereka kembali.
(sayang, saya tepergok beberapa anggota tim yang menyatakan diri peduli... but anyway thanks for concern ).
Mengembalikan mood menjadi lebih baik itu butuh usaha yang kuat, terlebih kalau kita sendiri tidak terbiasa berkeluh kesah mengenai segala kesulitan kita. Tapi harus disadari juga, ternyata orang tidak akan tahu kita menghadapi kesulitan kalau kita tidak bicara.
Jadi, kalau mau mengeluh, mengeluhlah.... :)
Mengembalikan mood menjadi lebih baik itu butuh usaha yang kuat, terlebih kalau kita sendiri tidak terbiasa berkeluh kesah mengenai segala kesulitan kita. Tapi harus disadari juga, ternyata orang tidak akan tahu kita menghadapi kesulitan kalau kita tidak bicara.
Jadi, kalau mau mengeluh, mengeluhlah.... :)
No comments:
Post a Comment