Sunday, March 12, 2017

Bila Masa

Was... i want to share a write about my holiday at Bali, but at the way back home, just heard a shocking news, that one of my friend passed away.

Beritanya cukup mengejutkan, tapi tidak untuk yang mengetahui bahwa dia memang sudah menderita sakit sejak lama. Hanya saja, cukup erat menyimpan informasi sakitnya, sehingga saya saja ngga tahu dia sakit apa tepatnya.
Dia tidak terlihat sakit. Senyumnya masih lebar, sorot matanya masih teduh. Hijab syar'i dan gamish panjangnya yang mungkin menutupi betapa kurus dirinya. Melihat jasadnya yang terbujur hampir rata dengan kasur yang mengalasinya, menunjukkan betapa kurus dan kecilnya badannya dimakan oleh penyakit itu.

Sedih. Pastinya.
Tetapi kita manusia di muka bumi ini hanyalah musafir yang menunggu dipanggil oleh Izrail untuk kembali kepada kekasih sejati kita, Allah SWT. Namun hati kecil manusia yang masih merasakan emosi kesedihan itu. 
Sesiap-siapnya keluarga yang ditinggalkan, tetap saja airmata turun berderai. 

Luka karena kematian lebih pedih daripada kehilangan apapun. Pada saat itulah, manusia sesungguhnya berada dipersimpangan, bagaimana ia mau menapaki hidup setelah kehilangan. Bagaimana mendekat kepada Illahi untuk mengobati rasa itu. Dan bagaimana mensyukuri apa yang kita terima untuk selanjutnya.

Bila masa telah tiba, yang bisa dilakukan manusia hanyalah merengkuhnya dengan keimanan. Jangan bersedih karena kematian, bersedihlah karena kita masih harus menjalankan hidup didunia ini. Namun berbahagialah karena Allah masih memberikan waktu, untuk kita bertobat sebelum menghadap-Nya.

Dear teman saya, semoga menemukan surganya yang terindah. Waktumu didunia telah habis, istirahatlah sampai waktunya bertemu kembali...

Innalillahi wa innailaihi rojiun....

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...