Monday, August 10, 2009

Adikku mau Kawin

Sibuk banget beberapa bulan belakangan ini, sampai sampai saya speechless deh ngadepinnya. Penuh amarah, airmata kesal, bad mood, tapi juga tidak jarang cengiran lebar, tawa, dan kekompakan terjaring diantara kami. Adik saya yang paling rese, bossy, sok indy padahal sih lemah dan rapuh, cengeng, aleman, mau kawin. Mendadak setelah menyelesaikan studinya di Aussie, dia pulang dal melapor akan segera menikah di hampir penghujung tahun ini. Semua kalang kabut. Terutama mama yang super lebay, langsung acc. Saya sih menyarankan tahun depan saja, tapi kenapa? itu pertanyaan mereka. Kenapa mau ditunda. Oh so much to do so little time. But do they care? Tidak. Maka dari itu, semua terus berjalan. Papa, adalah satu yang paling tidak berminat mengurusi tetek bengek adik saya itu. Malah dengan cueknya malah berkata, kenapa kamu tidak nemui wali hakim saja waktu masih di Aussie, pulang tinggal lapor sudah nikah. Adik saya mengamuk. Lho... neng, itu kan salah kamu, emangnya bisa bilang mau kawin langsung kawin? Plus, manusia mana yang bakalan membawanya sebagai istri saja keluarga kami masih meraba dalam gelap. Ngga tau siapa namanya, anak siapa, bahkan nelpon cuma sekedar SKSD aja ngga pernah. Saya rasa wajar jika papa berkata seperti itu. Namun toh, demi kekompakan keluarga yang saya rasa garing, toh akhirnya semua ikut pontang panting, termasuk saya. BTW, gara gara hal ini juga saya kena SP dari kantor. Ada hal lain. Keluarga kami adalah keluarga yang unik. Hampir seluruh anggota keluarga besar dari sebelah papa saya memiliki kemampuan lebih, beberapa tajam dan beberapa lebih mengabaikan daripada menuruti feeling. Kebetulan adik saya ini termasuk kategori yang tajam. Dan kesibukan akan menikahnya ini, mengundang mahluk dimensi lain untuk berpartisipasi. Bisa dibayangkan ketakutan di tengah euphoria?

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...