Tuesday, September 4, 2007

Malu Bertanya sesat Di jalan

Pepatah kuno, tapi efeknya memang luar biasa. Seperti yang saya alami hari ini. Bukannya malu bertanya sebenarnya, lebih tepat saya bertanya kepada orang yang salah. Saya mendapat tugas untuk mengikuti pelatihan dari kantor saya. Ketika saya baca suratnya, saya pede mengetahui alamat walau tidak yakin lokasi tepatnya. But, it's okay, tinggal tanya jalan aja, toh?! Dalam bus kota, saya mengikuti alur sampai mendekati lokasi yang saya kira tempatnya, dan saya bertanya kepada keneknya. Si kenek bilang sudah lewat, harusnya ke arah yang berlawanan. Saya turun dan memutuskan naik beca. Tukang beca membawa saya ke tempat yang saya yakin tidak bakalan pernah ada kantor dibikin disitu. Saya coba tanya si tukang beca. Rupanya dia mengira saya mau ke arah 'laut', dengan alamat yang sama yang saya sebutkan, dan ternyata seharusnya saya ke arah 'darat' (pengaturan wilayah yang menyebalkan di kota saya, sudah dibagi dua, ulu dan ilir, ini ulu masih dibagi 2 lagi, laut dan darat. Mana saya ngerti antah berantah itu?!). Yang jelas, si kenek pertama sudah menyesatkan saya... Jadilah saya balik lagi ke arah awal. Saya pikir, coba susuri saja jalan dan lihat papan nama si kantor. Tapi....omg... tambah jauh tambah minim perkantoran. Saya nanya si sopir "Oh...sudah lewat, mbak.... sebelum pom bensin tadi, sebelah kanan" Astaga.... seperempat jalan! Sial, saya emang kebanyakan nengok sebelah kiri.. "Ya udah pak, saya turun disini aja.." Saya menyodorkan ongkos yang diterima si sopir sambil ngomong "Makanya, mbak.. malu bertanya sesat di jalan..." Siapa yang malu? Gara" nanya, saya malah kesasar .......

Apa kabar?

 Jalan-jalan, ketemu kawan  Kemudian saling bertegur sapa  Hai. Apa kabar?  πŸ˜ΆπŸ’­ Apa kabar... Saya sudah berbulan-bulan insomnia parah, wala...